Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Porter Ini Rela Tunda Mudik Lebaran Demi Biaya Sekolah Anak: Nangis Saya Dengar Takbir

Bahruddin seorang penjaja jasa angkut barang atau porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat tak kuasa menahan tangisnya karena terpaksa tak mudik.

Penulis: Naufal Lanten
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Porter Ini Rela Tunda Mudik Lebaran Demi Biaya Sekolah Anak: Nangis Saya Dengar Takbir
Tribunnews.com/Naufal Lanten
Bahruddin (kanan), seorang porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, saat ditemui bersama rekannya di sela-sela aktivitasnya, Kamis (27/4/2023). 

“Jadi otomatis ya gimana lah ya namanya jauh dari keluarga, siapa si yang gak kepengin kumpul dengan keluarga? Yang saya katakan tadi, tapi keadaan yang belum memungkinkan,” keluh Udin.

Keputusan yang telah diambil Udin pun telah disetujui oleh anak dan istri. Mereka memahami alasan yang diambil sang kepala keluarga.

Udin memiliki sepasang anak laki-laki dan perempuan. Putra sulungnya kini berkuliah di salah satu universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Bahruddin, seorang porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat saat ditemui di sela-sela aktivitasnya, Kamis (27/4/2023).
Bahruddin, seorang porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat saat ditemui di sela-sela aktivitasnya, Kamis (27/4/2023). (Tribunnews.com/Naufal Lanten)

Sementara putri bungsunya saat ini kelas II Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Udin mengatakan dirinya masih menunggak biaya sekolah putrinya hingga tahun ini. Hal itu pula lah yang membuatnya tetap bekerja di hari raya.

“Anak ini mau bayar semester, yang satu mau bayar sekolah, setahun ini belum dibayar. Anak saya setahun aja ini Rp4 juta. SMK 4 juta. Sepeser pun belum terbayar,” tuturnya.

“Anak pun menyadari, bapak pingin kumpul di rumah tapi kalau bapak kumpul nanti cuma sekadar kumpul, nanti kamu putus sekolah, gimana? Tapi anak Alhamdulillah menyadari sampai di situ, mengerti,” imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Udin mampu meraup penghasilan kotor hingga Rp200 per hari. Itu pun didapatkan setelah seharian penuh mengangkut barang para pengguna jasa kereta api.

Porter tak pernah mematok tarif untuk setiap barang yang diangkut.

Jika bernasib mujur, juru angkut stasiun bisa mendapatkan Rp50 ribu dari orang yang menggunakan jasa porter.

Meski tak jarang juga ia harus gigit jari lantaran upah yang diberikan tak sesuai dengan beban kerjanya.

“Tapi kita syukuri. Kerja kaya gini kita syukuri aja,” kata Udin.

Pada masa mudik Lebaran tahun ini, Udin mengaku dia dan rekan-rekan seprofesinya mendapat keuntungan berlipat hingga 50 persen.

Namun demikian, jumlah itu dianggap tak berbanding lurus dengan banyaknya pemudik yang menggunakan kereta api.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas