Rycko Amelza Dahniel Katakan Pencegahan Paham Radikal Terorisme Menjadi Tugas Semua Pihak
Pencegahan paham radikal terorisme menjadi tugas semua pihak. Pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pencegahan paham radikal terorisme menjadi tugas semua pihak. Pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) tidak mungkin bekerja sendiri untuk menanggulangi paham kekerasan tersebut. Untuk itu perlu terus dibangun public resilience terhadap ideologi radikal terorisme.
Hal itu dikatakan Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, M.Si., saat bersilarutahmi dengan dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dan Duta Damai Jawa Barat di Hotel Pullman Bandung Grand Central, Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/2/2024).
“Pencegahan paham radikal terorisme adalah tugas semua pihak, dan mustahil diwujudkan jika BNPT bekerja sendirian. Maka FKPT dan Duta Damai dalam hal ini adalah perpanjangan BNPT di daerah-daerah,” ungkap Rycko Amelza Dahniel.
Rycko Amelza Dahniel mengingatkan soal domain kerja FKPT dan Duta Damai di wilayah pencegahan, yaitu membangun kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi.
Komjen Rycko menggarisbawahi potensi radikalisasi yang masif menyasar tiga pihak, yaitu remaja, perempuan, dan anak-anak. Tiga pihak ini dinilai rentan menyusul strategi propaganda paham radikal terorisme yang berganti dari yang awalnya menggunakan hard approach secara offline berubah menjadi soft approach di platform-paltform media online.
Tidak Bisa Dijadikan Landasan
Ia menambahkan bahwa kasus zero terrorist attack di tahun kalender 2023 tidak bisa dijadikan landasan untuk mengatakan bahwa Indonesia sudah aman dari ancaman kelompok-kelompok radikal terorisme. Remaja, perempuan, dan anak-anak sangat mudah dibujuk menggunakan narasi yang dibalut jubah dan atribut-atribut keagamaan.
“Mereka (kelompok radikal terorisme) menggunakan tokoh-tokoh agama ‘primordial’ untuk menyebar propaganda. Tokoh-tokoh ini efektif menciptakan rasa percaya pada masyarakat sehingga paham yang diyakininya benar,” tutur mantan Kapolda Jawa Tengah dan Sumatera Utara (Sumut) itu.
Dalam konteks inilah, terang Rycko, sinergi antara FKPT dan Duta Damai perlu dikuatkan dan diintensifkan. Melalui program-programnya, FKPT dan Duta Damai perlu bekerjasama untuk membangun public resilience terhadap ideologi radikal terorisme dengan membangun awareness di tengah masyarakat terhadap ideologi ini.
Duta Damai Memiliki Pasar Gen Z
Pasca mendengarkan paparan program-program dari FKPT dan Duta Damai, Kepala BNPT menegaskan soalnya perlunya sinergi program antara dua pihak. Duta Damai memiliki pasar Gen Z dan millenial yang masif dan FKPT mempunyai kapasitas intelektual yang baik.
Bentuk sinergitas itu, menurut Rycko, misalnya diwujudkan dalam bentuk seminar online via Live Instagram yang dikelola oleh Duta Damai.
“Duta Damai sudah punya akun IG, nah silahkan FKPT bidang keagamaan mengisi live IG dengan kajian keagamaan dalam rangka kontra radikalisasi.” Kata Rycko.
“Nanti Bapak buat IG supaya pesan perdamaian bisa menjangkau kalangan yang lebih luas,” sambungnya.
Upaya-upaya ini menurutnya adalah bentuk edukasi kepada publik dan upaya pencegahan dini. Edukasi, katanya, merupakan kata kunci untuk memberantas sel-sel jaringan terorisme.
Malala Yousafzai
Mengutip Malala Yousafzai, Rycko menegaskan senjata saja tidak bisa menghapuskan terorisme, ia hanya akan memberantas pelaku teror. Edukasilah yang dapat membunuh terorisme.