Berapa Kecepatan Gran Max Sebelum dan Seusai Tabrakan di Tol Japek km58? Begini Analisa Roy Suryo
Roy Suryo sebut hasil paling akurat nantinya adalah dgn menggunakan Hasil TAA (Traffic Accident Analysis) berbasis Laser-LIDAR milik Korlantas Polri
Editor: Eko Sutriyanto
Meski sudah didapatkan Data yg bisa digunakan utk Variabel pertama bahwa proses tabrakan mulai awal, melewati Badan Bus +/- 12 meter hanya diperlukan waktu 3 detik saja, namun "kecepatan" ini sekalilagi sudah sangat tereduksi oleh kerasnya benturan di awal, sehingga diprediksikan sudah berkurang lebih dari 50 persen bahkan 75% kecepatan awalnya.
Baca juga: Dugaan KNKT soal Pemicu Terbakarnya Mobil Gran Max di Tol Cikampek: Saluran BBM Putus Mengenai Mesin
Dengan kata lain, mesin sudah terbentur sangat keras saja Body GrandMax masih bisa "melaju" sejauh 4m/detik, maka berapa kecepatan awalnya ?
Setidaknya disini sudah dapat diambil hipotesis sementara bahwa terjadinya kecelakaan fatal tsb (mulai dari saat benturan Pertama Minibus GrandMax dengan Bus Primajasa) adalah sangat singkat alias hanya 3 (tiga) detik saja sampai kemudian Minibus sudah tetbakar dan tertinggal di belakang bus sepanjang 12 meter.
Bisa diprediksikan berapa kencangnya kecepatan sebelumnya.
Kesimpulannya, kalau Kakorlantas kemarin dalam berbagai statemennya menyampaikan bahwa kecepatan Minibus Daihatsu GrandMax ini diprediksikan diatas 100 Km/jam, memang hal itu sangat masuk akal dan bisa dilogika, karena jika dikonversikan akan masuk perhitungan di atas, apalagi di sebut2 di TKP tidak ada jejak pengereman yg sempat dilakukan sebelum benturan dgn Bus Primajasa terjadi.
Dengan demikian pelajaran terpenting dari kasus ini sekalilagi adalah memang kita harus mempersiapkan kendaraan sebaik-baiknya dan kondisi tubuh pengemudi yg Fit agar tidak ada resiko sekecil apapun yg bisa terjadi. Contra-Flow bisa saja dievaluasi, namun pertimbangkan juga jika selama ini manfaatnya jauh lebih besar dari mudharatnya, tentu hal tsb jadi hal yg perlu diperbaiki dan disempurnakan, bukan kemudian malah ditanggalkan.
Roy Suryo menegaskan, hasil paling akurat nantinya adalah dgn menggunakan Hasil TAA (Traffic Accident Analysis) berbasis Laser-LIDAR milik Korlantas Polri.