Terima Dubes Libya untuk Indonesia, Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Ekonomi
Ketua MPR RI bersama Duta Besar Libya untuk Indonesia sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Libya.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Duta Besar Libya untuk Indonesia H.E Mr. Zakarya MM El Maghrabi sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Libya. Terhadap berbagai hambatan yang terjadi, keduanya menekankan agar diselesaikan secara kekeluargaan melalui konsultasi dan negosiasi. Sejalan dengan hubungan persahabatan dan sikap saling dukung pemerintah kedua negara yang sudah terjalin selama 30 tahun, sejak 17 Oktober 1991.
"Karenanya, menyangkut permasalahan Pertamina dengan National Oil Company Libya (NOC Libya) terkait kerja sama eksplorasi minyak bumi di Block 17.3 (offshore Sabratah) dan Blok 123.3 (onshore Sirte) yang ditandatangani pada 10 Desember 2005, kita mendorong bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Mengingat terhentinya proyek eksplorasi tersebut salah satunya disebabkan gejolak politik dan keamanan Libya. Sangat penting bagi Pertamina dan NOC Libya untuk duduk bersama, mencari solusi terbaik agar keduanya bisa saling diuntungkan," ujar Bamsoet usai menerima Duta Besar Libya untuk Indonesia H.E Mr. Zakarya MM El Maghrabi, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Jakarta, Rabu (22/9/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, akibat konflik dan pemblokiran sejumlah terminal minyak penting di Libya oleh pihak-pihak yang bertikai, menyebabkan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Libya sempat menurun. Secara rata-rata, selama periode tahun 2016 hingga 2020 terjadi penurunan tren perdagangan sebesar minus 32,08 persen. Nilai perdagangan tertinggi antara Indonesia dengan Libya tercatat pada tahun 2012 mencapai USD 576,5 juta.
"Selain menawarkan kerja sama eksplorasi minyak bumi di berbagai block lainnya, Libya juga sangat terbuka terhadap peningkatan kerja sama ekonomi di berbagai bidang. Salah satunya, Libya tertarik untuk take over kredit pesawat dari Garuda maupun Lion Air, untuk memperkuat armada maskapai mereka," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Penegakan Hukum, Keamanan, dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menerangkan, Indonesia bisa menjadikan Libya sebagai salah satu pintu masuk dalam memperluas pasar komoditas unggulan Indonesia mencapai Eropa. Mengingat letak geografis Libya sangat strategis, sekitar satu jam penerbangan ke Italia dan berbagai negara Eropa lainnya.
"Komoditi utama ekspor Indonesia ke Libya antara lain plywood, karet, besi, dan baja, sabun, glassware, kertas, furniture, rempah-rempah dan alas kaki. Sedangkan produk yang potensial untuk dikembangkan antara lain teh, kopi, produk makanan, barang dari plastik, farmasi, kertas stationeries, elektronik, minyak nabati, suku cadang mobil dan produk mesin," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, investasi langsung (FDI) Libya ke Indonesia tercatat sebesar USD 15 juta oleh PT. Solar Sahara Investment (PT. SSI) dalam bentuk pendirian pabrik ban dalam, pabrik pipa PVC, dan proyek pembiakan ikan laut di Bali.
Pemerintah Indonesia juga bisa menawarkan kepada Libya untuk menaikan nilai investasinya, seiring dengan banyaknya peluang kerjasama yang bisa digarap. Baik dari sektor infrastruktur, telekomunikasi hingga pertanian.
"Kita berharap Pertamina bisa segera menyelesaikan persoalan dengan National Oil Company Libya (NOC Libya) dan saya juga menyambut hangat permintaan Libya agar Indonesia bisa mengirimkan perawat untuk bekerja disana. Selain membuktikan bahwa perawat Indonesia memiliki kualitas yang baik, tawaran tersebut juga semakin merekatkan hubungan people to people contact antara Indonesia dengan Libya," pungkas Bamsoet. (*)