Perjalanan Hidup Sutarman dari Anak Petani Menuju Kapolri
Sutarman tidak pernah berfikir mendapatkan posisi tertinggi di kepolisian.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - .Sutarman tidak pernah berfikir mendapatkan posisi tertinggi di kepolisian. Latar belakang keluarga sebagai petani di Sukoharjo, Jawa Tengah membuat dirinya selalu gigih dan bekerja keras mengubah kehidupannya.
Sutarman lahir di kampung Dukuh Dayu, Kelurahan Tawang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia menjadi tulang punggung keluarga setelah berdinas di kepolisian. Empat saudara kandungnya ia biayai untuk sekolah dan kini empat saudaranya ada yang berprofesi sebagai wiraswasta, guru, bahkan dosen.
Bercerita di depan anggota Komisi III DPR RI yang menyambangi rumahnya, Rabu (9/10/2013) dirinya mengaku lahir dari keluarga petani miskin.
"Saya mencari uang sendiri untuk membiayai sekolah, karena dibesarkan di lingkungan seperti itu dan sampai seperti saat ini, itu karena perjuangan dan dukungan keluarga," kata Sutarman.
Begitu juga dirinya saat mendapatkan rumah yang terbilang besar di Bintaro, ia menabung sedikit demi sedikit sampai akhirnya bisa mendapatkan rumah yang kini menjadi kediaman pribadinya bersama keluarga.
"Ini saya bangun dengan susah payah," ujarnya.
Ia pun menceritakan karirnya di kepolisian, setelah lulus dari Akademi Kepolisian dirinya bertugas sebagai Staf Lalu Lintas di Polres Bandung, kemudian menjadi Kapolsek Dayeuh Kolot, sampai akhirnya mengikuti pendidikan di PTIK. Ia pun lama mengabdikan diri di Lembaga Pendidikan Kepolisian di Akpol Semarang dari tahun 1986-1989.
Kemudian ia ditarik ke Jakarta di Bagian Personel, lalu dipercaya menjadi Kapolsek Kebon Jeruk dan Kapolsek Penjaringan. Karena masih bergabung dengan TNI Polri pada masa itu, Sutarman pun pernah bertugas di bagian personel Mabes TNI selama tiga tahun.
Setelah dari Mabes TNI ia pun dimutasi ke Nusa Tenggara Timur sampai akhirnya menjadi Kapolres di Lombok Timur. Setelah lama bertugas di NTT, ia dikembalikan ke Mabes Polri, tidak lama ia dipercaya menjadi Kapolres Bekasi sampai akhirnya menjadi ajudan presiden Abdurahman Wahid atau Gusdur.
"Setelah menjadi ajudan presiden, Kapolri saat itu Pak Bimantoro menawarkan saya. Kamu mau minta di mana?," katanya.
Tawaran posisi tersebut justru dijawab dingin Sutarman, karena merasa kelelahan saat menjadi ajudan presiden ia hanya meminta ditempatkan sebagai staf saja.
"Saya minta ditempatkan sebagai staf saja, ingin istirahat," katanya.
Kemudian ia pun ditempatkan sebagai Kabag personel di Polda Metro Jaya. Sudah cukup beristirahat Sutarman pun dipercaya menjadi Kapolrestabes Palembang. Direskrim Polda Jawa Timur, sampai akhirnya menjadi Kapolwiltabes Surabaya.
"Pada saat mengikuti pendidikan Sespati aneh jabatan saya tidak dicopot saat itu," ujarnya.
Dari Surabaya, Sutarman dipercaya menjadi Kapolda Kepulauan Riau sampai akhirnya dimutasi menjadi Kepala Sekolah Perwira (Kaselapa) menggantikan Timur Pradopo.
Dari sana, Sutarman mengikuti jejak Timur secara berturut-turut menjadi Kapolda Jawa Barat dan Kapolda Metro Jaya yang sebelumnya dijabat Timur Pradopo. Dari Kapolda Metro Jaya Sutarman dipercaya menjadi Kabareskrim Polri dan kini dicalonkan menjadi Kapolri menggantikan Timur Pradopo.
"Kemarin media menulis saya menggantikan Pak Timur dua kali, harusnya tiga kali ketika saya di Selapa," ujarnya.