Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anas: Saya tak Pernah Mati untuk Cari Keadilan

Anas Urbaningrum pernah memberi peringatan kepada semua pihak, dalam pidato pengunduran dirinya, 23 Februari 2013.

Penulis: Abdul Qodir
zoom-in Anas: Saya tak Pernah Mati untuk Cari Keadilan
RIBUNNEWS.COM /Bian Harnansa
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat dari 23 Mei 2010 hingga menyatakan berhenti pada 23 Februari 2013, Anas Urbaningrum. Berkunjung ke redaksi Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Selasa (4/12/2013) Anas datang bersama rombongan mengunjungi markas Tribun Jakarta, diterima oleh General Manager Tribun Group of Regional Newspaper Febby Mahendra, Kompas TV, Warta Kota dan KCM Kompas Gramedia Group. Membahasa berbagaio persoalan Kunjungan Anas Bersilahturahmi dengan awak Tribunnews membicarakan berbagai sistuasi terkini permasalahan yg dihadapi (TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Abdul Qodir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anas Urbaningrum pernah memberi peringatan kepada semua pihak, dalam pidato pengunduran dirinya sebagai kader dan Ketua Umum Partai Demokrat, 23 Februari 2013.

Kala itu, Anas menegaskan penguduran dirinya itu bukanlah akhir dari segalanya. Peristiwa itu, justru sebagai permulaan baru politiknya atau ia sebut "halaman pertama".

Menurut Anas saat itu, masih banyak "halaman-halaman" kisah berikutnya yang bakal "dibuka" dan "dibaca" bersama.

Saat mengunjungi kantor Tribun, Selasa (3/12/2013), Anas menceritakan latar belakang pernyataannya yang satu itu. "Oh iya memang lembarannya ada lagi," kata Anas.

Secara sederhana, kata dia, kalimat pidatonya yang satu itu disampaikan karena ingin memberikan "kalimat bertenaga". Itu sebagaimana ilmu pidato yang ia ketahui.

Selain itu, sambung Anas, kalimat itu disampaikan karena ingin memberikan pernyataan menarik, sehingga memudahkan awak media dalam menulis pemberitaan terkait pidatonya.

Berita Rekomendasi

Terlepas dari itu, terusnya, lembaran baru yang dimaksud dalam pidato itu adalah bentuk komitmen pribadi setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang oleh KPK.

Ia menuturkan, status tersangka tersebut diawali serangkaian peristiwa nonhukum, termasuk hikayat internal Partai Demokrat.

"Saya pahami (penetapan tersangka) itu punya kaitan erat dengan dinamika internal Demokrat. Pada saat itu Anas tidak mati, itu bukan tutup buku. Boleh ada yang menganggap itu tutup buku, tapi saya menganggap itu adalah buku baru. Dan buku baru tersebutm saya mulai pada hari itu sebagai halaman pertama. Tentunya, berikutnya adalah halaman kedua, ketiga, dan seterusnya," papar Anas.

Anas meyakini, masih panjang perjalanan hidupnya pasca-pengunduran dirinya di hari itu, termasuk terkait kasusnya. Dan hal itu akan tertuang dalam halaman berikutnya.

Anas menuturkan, tidak mempersoalkan kalau banyak pihak menafsirkan bahwa "halaman berikut" dari dirinya nanti diartikan sebagai "buka-bukaan".


Namun, ia meyakinkan, "buka-bukaan" dari dirinya kelak adalah bagian dari upaya untuk mencari keadilan dan kebenaran terkait kasus yang menjeratnya. Dan "buka-bukaan" dari dirinya itu bukanlah bertujuan untuk menyerang pihak luar.

"Kalau buka-bukaan itu atau menyampaikan informasi yang saya tahu dalam konteks saya mencari keadilan, itu adalah bagian dari proses yang harus ditempuh. Tapi, saya tidak punya tendensi untuk menyerang orang," kata Anas.

"Tapi, kalau yang saya sampaikan (nanti) itu bermakna penyerangan atau menyerempet, itu konteksnya dalam rangka saya mencari dan menemukan keadilan," tandasnya.

Bagi Anas, lembaran berikut dari dirinya kelak bisa ditafsirkan berbagai macam. "Kalau mau ditafsirkan PPI (ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia) sebagai halaman berikutnya, itu juga bisa," tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas