Ratu Atut Sering Ngerumpi dengan Nunun dan Hartati Murdaya
Dia berkumpul bersama napi kasus korupsi lainnya, yakni Nunun Nurbaeti dan Hartati Murdaya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sudah sebulan menghuni sel di Blok A, Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, Jakarta Timur. Sel yang dihuni Atut termasuk bangunan lama dan hanya ada 15 ruangan dalam satu lantai memanjang.
Sabtu (11/1/2014) pekan lalu, Atut berada di bloknya. Menurut informasi dari petugas Rutan Pondok Bambu, Atut tak punya kegiatan berarti. Setiap pagi, sehabis makan pukul 06.30 pintu semua sel di blok A dibuka.
Setelah pintu sel dibuka, Atut lebih banyak berdiam diri di selnya. Tapi menjelang makan siang pukul 12.00, Atut keluar dari sel. Dia berkumpul bersama napi kasus korupsi lainnya, yakni Nunun Nurbaeti dan Hartati Murdaya.
Sehari-hari, Nunun dan Hartati memang kerap jadi teman ngobrol Atut. Mereka berada di blok yang sama (Blok A), tapi beda sel. Biasanya mereka baru berkumpul (ngerumpi) mulai siang hari. Tempat ngerumpi mereka di sudut-sudut blok A atau di salah satu sel.
Kabarnya, kepada Nunun dan Hartati, Atut kerap menumpahkan kekesalannya. Dia kesal dengan KPK yang tidak memberi izin pejabat Banten bertemu denganya.
Nunun dan Hartati yang sudah lebih lama menghuni Rutan Pondok Bambu, menurut informasi, kerap memberi semangat dengan meminta agar Atut bersabar. Sebab, perlakuan seperti itu tidak hanya dialami Atut, tetapi napi dan tahanan lain juga mendapat perlakuan sama.
Hal sama dikemukakan keluarga tahanan kasus pencucian uang HE (35). Adik HE yang akan menjenguk kakaknya Sabtu (11/1/2014) lalu mengaku kerepotan saat mengurus surat izin besuk dari Kejaksaan.
"Soalnya saya juga tak tahu siapa jaksanya. Mana ini hari Sabtu lagi," kata perempuan berbadan gemuk dan berkacamata itu.
Lain lagi dengan pengalaman Juhari (35) yang tengah nunggu rekannya, NE (40) yang ditahan akibat kasus penggelapan. NE adalah pebisnis telur ayam di kawasan Sumedang.
Juhari mengaku sistem izin besuk di Rutan Pondok Bambu memang sangat merepotkan. Sebab, untuk membesuk kerabatnya dia harus bolak-balik ke kejaksaan untuk mengurus surat izin. "Ongkosnya jadi besar karena harus bolak-balik ke kejaksaan," katanya. (ote)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.