Angker, Lahan Bakal Parkir Mobil Sitaan KPK
Tak banyak warga yang berani masuk ke dalam kereta itu sendirian. Menurut sebagian warga, lokasi itu terbilang angker
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tak banyak warga yang berani masuk ke dalam kereta itu sendirian. Menurut sebagian warga, lokasi itu terbilang angker. "Kalau siang hari atau malam hari sering kedengaran orang berteriak dari bangkai kereta itu. Kami diamkan saja lah," kata Adam (35), seorang warga Kampung Bali Matraman.
Cuma satu orang warga Kampung Bali Matraman yang suka masuk sendirian ke 'hutan' itu. Namanya Dede. Dia masuk ke hutan untuk menjerat burung liar.
Beberapa warga Kampung Bali Matraman memang membuka lahan di hutan milik PT KAI. Hutan yang dibuka letaknya di belakang Gudang Persediaan Manggarai. Lokasi ini juga nantinya bakal jadi tempat KPK menyimpan mobil.
Baru tiga bulan lalu warga membabati pohon petai. Kemudian mereka beternak burung merpati di pinggir tembok yang jadi batas lahan dengan pemukiman warga, termasuk Adam.
Makanya teriakan dari 'dunia lain' itu sudah akrab di telinga mereka. Sekarang di lahan itu ada sebuah bale kayu beratap. Lengkap dengan televisi dan tikar tebal. Di sekelilingnya ada kandang merpati. Lahan-lahan kecil di pinggirnya jadi tempat warga berladang. Mereka menanam singkong dan talas.
Fakta lainnya di lapangan, ketika hujan, tanah di 'hutan' itu berubah becek luar biasa. Menjadi seperti rawa-rawa. Saat itulah terkadang binatang seperti ular keluar. Ada jenis ular yang bisanya tidak begitu ganas. Tapi begitu matahari bersinar dan tanah jadi hangat, giliran ular kobra yang muncul.
Hardi (40), warga Kampung Bali Matraman lainnya, menceritakan, kalau ular kobra keluar, bunyinya seperti sedang menggigit kodok. "Kalau dulu ada warga namanya Sugi. Dia senang sekali makan ular kobra. Kalau ketemu ular kobra, dia tangkap itu. Lalu dipotong-potong dan digoreng begitu saja," kata Hardi kepada Warta Kota, Minggu (23/2/2014) siang.
Sedangkan ular sanca cenderung jarang terlihat. Terakhir ada ular sanca tertangkap di situ tahun 2012. Diameter tubuhnya sampai 20 sentimeter.
Selain itu, saking lebatnya hutan, burung liar mampir dan bersarang di situ. Didalamnya juga hidup anjing-anjing liar jenis mongrel. Orang biasanya menyebutnya anjing kampung. Ukuran dan warnanya macam-macam. Ada yang kecil dan pendek. Tapi ada pula yang besar.
Biasanya warga menangkapi anakan anjing liar di hutan, lalu dijual di Taman Lawang, tempat jual beli anjing. "Paling dijual Rp 50.000 satu ekor anak anjing," kata Adam.
Bukan cuma lahan bagian belakang yang jadi becek saat hujan. Tapi halaman bagian depan yang beraspal juga tergenang air ketika hujan turun. Seperti pada Sabtu (22/2/2014) saat Jakarta diguyur hujan lebat seharian. Halaman depan lokasi yang disewa KPK itu tergenang air sampai diatas mata kaki orang dewasa. (Ote)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.