Inilah Jam Terbang Hatta Radjasa di Pemerintahan yang Jadi Aset Politik PAN
Inilah pengalaman Hatta Radjasa mengelola negara yang jadi aset politik PAN.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasanuddin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia tidak membutuhkan pemimpin yang hanya didasarkan pada popularitas di hadapan masyarakat saja. Namun seorang sosok pemimpin nasional yang sudah berpengalaman dengan Pemerintahan dan mampu membawa jawaban bagi masalah yang dihadapi.
Pada titik itu, sosok Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Radjasa, yang sudah berada di Pemerintahan sejak 13 tahun lalu menjadi salah satu yang wajib dipertimbangkan.
Menurut Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PAN, Viva Yoga Mauladi, Hatta Rajasa adalah tokoh nasional dan internasional. Hatta memiliki pengalaman empiris dalam mengelola negara dan pemerintahan karena beberapa kali menjadi menteri.
"Pengalaman mengelola pemerintahan adalah menjadi bagian penting dalam menjawab perubahan zaman yang kompleks di era global," kata Viva kepada wartawan di Jakarta, Minggu (2/3/2014).
Di samping itu, Hatta memiliki visi politik dan ekonomi yang berwatak nasionalis dan kerakyatan, sebuah komitmen kebangsaan yang tidak diragukan lagi. Hal itu penting sebagai seorang pemimpin yang diberi tugas menjaga kedaulatan negara.
Dia memberi contoh tentang pemikiran Hatta soal kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ( MP3EI), yang berisi disain tata kelola pemerintahan. Hatta juga berhasil membuat kebijakan soal pengelolaan sumber daya alam, termasuk pertambangan, yang nasionalis serta kerakyatan.
"Namun tidak seluruh masyarakat umum mengetahui akan hal ini. Dan Pak Hatta tidak mau pamer atau tidak mau mengeksploitasi hal itu. Karena kata pak Hatta itu sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya untuk bangsa dan negara sebagai seorang menteri," beber Viva.
"Itulah kesederhanaan sikap Pak Hatta."
Dia melanjutkan, sebenarnya bangsa Indonesia membutuhkan tokoh yang memiliki kualifikasi seperti itu. Syaratnya, rakyat Indonesia bersedia merubah mind set bahwa mencari pemimpin itu tak hanya diukur dari sisi popularitas dan elektabilitas berdasarkan hasil survei.
Sebab meski popularitas tidak berbanding lurus dengan elektabilitas, namun faktor yang berpengaruh besar terhadap nilai elektabilitas adalah popularitas. Itu sebabnya tak aneh bila muncul strategi political marketing dengan cara menaikkan popularitas melalui program iklan, atau berpura-pura menjadi sinterklas, dan sebagainya.
"Hal itu akan sangat berbahaya buat eksistensi indonesia sebagai nation state," tandasnya.
Sebelumnya, Pengamat Politik Arya Fernandez menilai Hatta Radjasa adalah sosok yang cukup berpengalaman serta berhasil dalam kinerjanya sebagai menteri di beberapa periode pemerintahan.
Menurut Arya, Hatta adalah seorang ekonom senior yang sudah berpengalaman di pemerintahan. Dia tercatat telah menjabat sebagai menteri sejak jaman Pemerintahan Megawati Soekarnoputri, yakni Menteri Riset dan Teknologi.
Lalu di awal periode 2004-2009, Hatta menjadi Menteri Perhubungan, dengan salah satu prestasi meletakkan poin-poin reformasi sektor perhubungan publik yang saat itu kerap dilanda kecelakaan pesawat terbang hingga kapal laut.
Hatta lalu diangkat menjadi Mensesneg, hingga kemudian di periode 2009-2014, Hatta menjadi Menko Perekonomian. Di posisi ini, Hatta banyak bekerja memastikan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional tetap baik di tengah krisis global.
Namun, menurut Arya, PAN tampaknya kurang mensosialisasikan prestasi Jatta itu ke hadapan publik luas, khususnya ke para pemilih tradisional PAN, yakni anggota Muhhamadiyah dan masyarakat Muslim perkotaan.
Dia mengakui PAN mungkin berada dalam sebuah dilema karena memiliki sosok Amien Rais, pendiri PAN, yang masih ada di partai itu. Hanya saja, dia menilai hal itu sebaiknya tak jadi penghalang bagi kader partai itu untuk menunjukkan kinerjanya melalui prestasi Hatta di pemerintahan sejak 2001 lalu.
"Tentu PAN harus memiliki cara cerdas untuk tetap mempromosikan prestasi itu," kata Arya.
Hatta sendiri sudah digadang-gadang oleh sejumlah lembaga survei dan partai politik sebagai capres atau cawapres potensial di pemilu 2014. Bahkan sejumlah kader Partai Gerindra tak segan menyebut Hatta sebagai salah satu kandidat bakal cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo. Sementara di sisi lain, nama Hatta juga masuk radar PDI Perjuangan sebagai bakal cawapres.
Wakil Ketua Umum PAN, Dradjad H.Wibowo menjelaskan posisi PAN saat ini masih sama, yaitu menjalankan keputusan Rakernas 2011 dimana Hatta akan dicalonkan sebagai Capres. Jadi, belum ada keputusan tentang pasangan Hatta, termasuk apakah dia sebagai cawapres, atau bakal cawapresnya bila tetap menjadi capres PAN.
"Semua itu akan diputuskan setelah pileg," kata Dradjad.
Hanya saja dia tak menolak bila komunikasi untuk menyamakan visi dan misi terus dilakukan dengan semua pihak. Baik dengan Aburizal Bakrie dari Golkar, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Prabowo, Pramono Edhie dari Partai Demokrat, Muhaimin Iskandar Ketua Umum PKB, dan Wiranto dari Hanura."Komunikasi itu dilakukan semua," imbuh Dradjad.