Pengamat: Dukungan Demokrat ke Prabowo -Hatta Kepentingan Sesaat
Akhirnya langkah politik Partai Demokrat untuk berlabuh kepada pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa terbaca sudah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akhirnya langkah politik Partai Demokrat untuk berlabuh kepada pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa terbaca sudah. Walau baru ditentukan sekarang, sinyal-sinyal dukungan kearah koalisi partai "besan" dengan ketua umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan mudah, sudah bisa ditebak lama.
Mulai dari sikap resmi Demokrat yang "mengambangkan" pilihan hingga dukungan sejumlah anggota DPR terpilih Demokrat ke koalisi yang dibangun dari Golkar, PAN, Gerindra, PPP, PKS, dan PBB ini.
Pengamat komunikasi politik dari Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi mengaku tidak kaget karena sudah lama memprediksikan kalau Demokrat pasti akan mendukung Prabowo - Hatta.
Kalau pun baru sekarang diumumkan dukungan resmi, itu lebih dikarenakan kegagalan Demokrat membangun koalisi atau menunggu sinyal positif dari PDIP.
"Ternyata Demokrat gagal membangun poros baru dan PDIP tidak menanggapi ajakan Demokrat untuk bersama-sama membangun koalisi. Langkah koalisi Demokrat dengan Prabowo-Hatta sangat taktikal," ungkap Ari Junaedi, Selasa (1/7/2014)
Ari Junaedi kemudian mengutip hasil jajak pendapat sebuah lembaga survei, ternyata pilihan akar rumput Demokrat juga tidak sejalan dengan elit Demokrat di Pilpres mendatang.
Artinya, kata Ari, muara dukungan resmi Demokrat lebih tertuju pada kepentingan elit-elit di pucuk atas sedangkan aspirasi rakyat bawah lebih tertuju pada keyakinan sosok Jokowi-JK.
"Kalau mau jujur, sebagai anggota Dewan Kehormatan Perwira tentu SBY tahu dan paham benar siapa sebenarnya sosok Prabowo. Kalau melihat jejak rekam kabinet Indonesia Bersatu, tentu SBY hafal benar dengan rongrongan Golkar dan PKS selama ini," katanya.
Soal akankah program-program pemerintahan SBY yang baik akan dilanjutkan oleh pasangan capres-cawapres yang ada, Ari menegaskan, tentunya SBY bisa membaca dan menilai visi-misi capres-cawapres mana yang baik.
"Dengan demikian, berakhir sudah topeng sikap politik Demokrat dan SBY yang seolah-olah bermain di dua kaki namun pada akhirnya bermuara pada kepentingan sesaat," Ari Junaedi yang juga dosen di S2 Universitas Diponegoro ini menegaskan. (Advertorial)