Pengamat: SBY Melihat Potensi Prabowo Kalahkan Jokowi
Partai Demokrat sengaja menunggu momen tepat untuk meresmikan dukungan untuk pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Demokrat sengaja menunggu momen tepat untuk meresmikan dukungan untuk pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Hal itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak.
Dia berpendapat, partai tersebut terus mencermati tren elektabilitas Prabowo-Hatta dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, kata dia, mulai melihat bahwa tren elektabilitas Prabowo-Hatta terus menaik.
Bahkan, kata dia, beberapa survei belakangan juga menyebutkan elektabilitas pasangan nomor urut satu itu telah menyalip pasangan nomor dua.
"Pak SBY sepertinya mulai membaca bahwa ada potensi Prabowo mengalahkan Jokowi dalam pilpres kali ini, sehingga dukungan tersebut dikeluarkan sekarang," kata Zaki saat dihubungi, Selasa (1/7/2014).
"Saat survei menunjukkan Prabowo masih jauh di bawah Jokowi, kartu politik berupa dukungan ini akan disimpan," lanjutnya.
Menurut Zaki, SBY adalah tipikal politisi yang sangat hati-hati dalam melakukan kalkulasi politik. SBY, kata Zaki, ingin agar dukungan yang diberikan partainya berdampak signifikan terhadap kemenangan Prabowo-Hatta.
Dia melanjutkan, SBY ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah king maker dalam pemilu presiden kali ini. Bukan tidak mungkin, lanjut Zaki, SBY yang hingga saat ini masih di belakang layar akan turun langsung untuk memberikan dukungan bagi kemenangan Prabowo-Hatta.
"Dengan melakukan serangan kilat ini atau blitzkrieg, ia (SBY) meyakini menjadi penentu pertarungan pilpres ini," tandasnya.
Sebelumnya, Demokrat resmi menyatakan dukungan kepada Prabowo-Hatta. Secara formal ketika pendaftaran peserta pilpres di KPU, Demokrat bersikap netral setelah gagal membentuk poros baru untuk mengusung capres Konvensi.
Dengan dukungan Demokrat itu, sudah ada tujuh parpol pendukung Prabowo-Hatta. Enam partai lain, yakni Gerindra, PAN, Golkar, PKS, PPP, dan PBB. Sementara itu, pasangan Jokowi-JK "hanya" diusung lima partai, yakni PDI-P, Nasdem, Hanura, PKB, dan PKPI.(Advertorial)