Hajriyanto Thohari: Saya Sudah Tidak Tertarik Lagi Berkiprah di Golkar
Namun, Hajriyanto menyatakan sudah tidak tertarik lagi berkiprah di partai berlambang pohon beringin tersebut.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hajriyanto Y Thohari menjadi salah satu pesaing Aburizal Bakrie dalam perebutan kursi Ketua Umum dalam Musyawarah Nasional (Munas) 30 November 2014. Namun, Hajriyanto menyatakan sudah tidak tertarik lagi berkiprah di partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Kalau Partai Golkar disebut sebagai arena pengabdian di bidang politik, maka bagi saya perpolitikan Partai Golkar sudah sangat tidak menarik lagi. Rasanya saya sudah tidak memiliki daya tarik dan daya panggil untuk berkiprah di partai itu lebih lanjut," ungkap Hajriyanto usai mengikuti 'Milad 102 Tahun Muhammadiyah' di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/11/2014).
Hajriyanto menjelaskan, dirinya tidak tertarik lagi berkiprah di Partai Golkar karena elit-elit partai yang menginginkan Munas dipercepat pada 2014 atau pun elit-elit partai yang ingin Munas tetap dilaksanakan pada 2015 sudah tidak konsisten. Dan inkonsistensi tersebut terjadi hampir di seluruh elit partai.
Ia menceritakan, seusai Pilpres 2014 ada dua kelompok elit Partai Golkar yang beda keinginan perihal jadwal Munas. Kelompok elit pertama menginginkan Munas dipercepat dari jadwal 2015 hasil Munas sebelumnya menjadi 2014.
Sementara, kelompok elit lainnya, yakni DPP yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie menolak permintaan tersebut dan menginginkan agar Munas tetap digelar pada 2015 sebagaimana hasil Munas di Riau.
"Ini tampak kalau kita membagi dinamika PG pasca pilpres jadi dua episode. Episode pertama, adalah seusai pilpres. Pada episode itu, ada elite pimpinan pg terpecah dua klompok. Kelompok pertama, ingin Munas dipercepat dari 2015 menjadi 2014, sebagai kegagalan Pileg dan Pilpres. Sementara, penguasa pg menolak tuntutan tersebut dan bahkan mengancam memecat yang menuntut percepatan Munas.
"Pada episode kedua yakni saat pembentukan Kabinet (Jokowi-JK), Partai Golkar juga terbelah jadi dua kelompok, tetapi posisinya berbalik. Kelompok yang tadinya meminta munas dipercepat justru minta munasnya 2015 dan penguasa pg yang pada episode pertama menolak Munas dipercepat justru mempercepat Munas jadi 2014," ujarnya.
Menurut Hajriyanto, inkonsistensi atau perubahan sikap kedua kelompok elit Partai Golkar tersebut semata untuk tujuan politik kemenangan sesaat masing-masing dengan berdalih mengacu AD/ART partai atau pun hasil Munas di Riau.
Menurut Hajriyanto, inkonsistensi yang dilakukan kedua kelompok elit Partai Golkar tersebut sangat mengecewakan, memalukan, memperihatinkan sekaligus menggelikan.
Sebab, Partai Golkar tergolong partai yang sangat tua, berpengalaman dan selama ini dianggap mempunyai kekuatan infrastruktur partai yang sangat baik.
"Terus terang saja, saya sangat kecewa dengan inkonsistensi seperti itu. Dan penghormatan saya kepada Partai Golkar merosot tajam untuk kedua kelompok itu, karena itu sangat mengecewakan," akunya.
Hajriyanto tak menjawan secara tegas perihal rencananya maju menjadi calon ketua umum atau batal pada Munas 30 November 2014 nanti.
"Itu soal kedua. Tapi, saya rasa jawaban saya sudah secara implisit menyatakan hal itu. Jawaban saya tadi, karena sebuah arena pengabdian yang tidak menarik lagi, karena lautan inkonsistensi yang merata dan meluar di kalangan elit partai," kata Hajriyanto.
Apakah Anda batal untuk maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar?
"Saya sampai hari kan belum maju, belum deklarasi. Karena saya belum deklarasi, saya tidak ingin mengatakan tidak jadi maju. Nanti kita lihat dalam 9-10 hari," ujarnya.
"Saya tidak mengatakan mau mundur, karena saya belum deklarasi. Yah nggak (baca peta lawan,-red). Itu nanti dekat-dekat saja. Seperti Pak JK kan hanya butuh tiga hari saja, tidak lama-lama," imbuhnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.