Tanamkan Toleransi Beda Agama pada Anak-anak, Nina Estanto Sampai Bikin Sekolah Khusus
Saking prihatin pada masalah rendahnya toleransi pada beda agama dan status sosial, wanita ini sampai bikin sekolah khusus. Untuk anak-anak.
Editor: Agung Budi Santoso
”Saya melihat pendidikan anak di Inggris ketika kuliah di sana, tidak hanya mengajarkan akademik, tetapi juga sopan santun. Anak diajarkan untuk mengucapkan permisi, terima kasih, tolong, dan mengakui kesalahan. Ini sepertinya cocok dengan masyarakat Indonesia yang ingin pendidikannya maju, tetapi tidak melupakan budaya,” ujar Nina yang sejak tahun lalu berkeinginan mendirikan sekolah tingkat lanjutan.
Soal penerapan toleransi ini, Nina pun banyak mencari rujukan dari para ahli, salah satunya Jennifer Holladay, direktur dari Tolerance.org, sebuah organisasi yang membantu orangtua untuk mengajarkan toleransi kepada anak-anak.
Holladay menjelaskan bahwa memperkenalkan toleransi pada anak-anak akan membentuk karakter yang terbuka dan berempati pada sekitarnya. Tidak hanya itu, anak-anak juga akan mengerti bagaimana menghargai dan bertanggung jawab. Ini merupakan modal utama bagi anak untuk bisa mencintai hidup yang dijalaninya.
Masih merujuk pada Holladay, Nina menjelaskan empat langkah yang dilakukan untuk menanamkan toleransi pada anak. Pertama, jadikan toleransi sebagai salah satu topik harian karena membentuk karakter yang bisa bertoleransi butuh waktu dan proses. Awali dengan konsep menghargai dan mengenal perbedaan. Bisa dengan memberi contoh pada keluarga terlebih dahulu, di mana setiap anggota keluarga memiliki keunikan masing-masing.
Kedua, identifikasi toleransi melalui pembicaraan ringan. Kunci dari poin ini menurut dia adalah memanfaatkan setiap momen untuk berdialog mengenai toleransi. Apabila di sekitar kita ada yang memberikan stereotip terhadap seseorang, ajak anak untuk berdiskusi. Tanyakan apa pendapatnya dan biarkan mereka mengeksplorasi pendapatnya. Lalu, lengkapi dengan pemahaman saling menghargai dan terbuka terhadap perbedaan.
Ketiga, dekatkan anak-anak pada informasi mengenai keberagaman budaya, suku, agama, dan keyakinan. Ini bisa dilakukan melalui buku bacaan yang mengangkat tema mengenai multikultural dan toleransi. Selain buku, alat musik dari sejumlah daerah juga bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan anak-anak terbuka pada keunikan setiap daerah. Atau, saat liburan, anak diajak untuk mengunjungi daerah-daerah baru dengan kebiasaan atau ritual berbeda.
Keempat, terus memotivasi anak untuk mau berbagi. Pada momen-momen tertentu, seperti perayaan agama atau saat ulang tahunnya, ajak anak untuk mau berbagi kepada orang-orang yang kurang beruntung. Selain mengajarkan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain, cara ini juga akan membentuk rasa empati anak. Dengan demikian, anak dapat lebih terbuka menerima segala perbedaan.
Seandainya semua anak Indonesia mendapat pengalaman semacam ini, Nina membayangkan, Indonesia akan menjadi negeri yang paling nyaman di dunia untuk ditinggali. (Imam Prihadiyoko)
Biofile