Humanika: Pembredelan Situs Islam Hanya Pengalihan Isu Kenaikan Harga BBM
akibat adanya berita pembredelan situs Islam, publik menjadi penasaran dan kemudian mencari tahu
Penulis: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika), Sya'roni mengatakan, munculnya isu pembredelan sejumlah situs Islam yang dianggap ekstrimis dengan waktu yang hampir bersamaan dengan kenaikan harga BBM bisa jadi hanyalah pengalihan isu belaka.
"Isu pembredelan sejumlah situs, telah mampu menyedot perhatian publik, mengalahkan isu kenaikan BBM. Isu ini terus bertengger menjadi headline di media-media nasional," kata Sya'roni dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/4/2015).
Sya'roni menuturkan, akibat adanya berita pembredelan situs Islam, publik menjadi penasaran dan kemudian mencari tahu nama-nama situs yang diblokir. Maka yang terjadi, nama situs-situs tersebut makin dikenal secara meluas.
"Padahal sebelumnya, penggemar situs-situs tersebut sangatlah minimalis," tuturnya.
Oleh karena itu kata Sya'roni, langkah pembredelan menjadi kontraproduktif.
Menurutnya, niat yang awalnya bermaksud ingin memberangus tetapi yang terjadi adalah menyediakan pariwara gratis untuk ke-22 situs tersebut.
"Sebelum adanya pembredelan, nama ke 22 situs hanya menjadi konsumsi kalangan terbatas. Namun sekarang, publik mulai tahu dan mengenal situs-situs tersebut. Pembredelan telah membuahkan penguatan branding," ujarnya.
Masih kata Sya'roni, isu pembredelan patut dicurigai hanya sebagai pengalihan isu kenaikan harga BBM belaka. Karena persoalan agama sangat sensitif dan cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar guna memantik emosi massal.
"Dan kenyataannya, itu berhasil. Publik mulai melupakan soal kenaikan harga BBM," katanya.
Mestinya kalau untuk mempersempit penyebaran paham radikalisme, kata Sya'roni, langkah yang bijak adalah mengkampanyekan situs-situs yang berhaluan moderat, seperti situs milik NU, Muhammadiyah, UIN dan lain-lain.
"Memberangus situs-situs lokal sama saja membangun kebohongan belaka. Karena publik masih bisa mengakses situs-situs ekstremis yang dimiliki oleh publik internasional," tandasnya.