Presiden Jokowi Dikecam AS karena Pidatonya di KAA 2015
Presiden RI Joko Widodo menuai kecaman dari AS, seusai berpidato mengkritik sejumlah lembaga keuangan internasional yang dianggap merugikan.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA SERIKAT - Presiden RI Joko Widodo menuai kecaman dari Amerika Serikat, seusai berpidato mengkritik sejumlah lembaga keuangan internasional yang dianggap merugikan negara dunia ketiga.
Ernest Bower, peneliti Center for Strategic and International Studies Washington DC, menilai pidato tersebut menunjukkan Presiden Jokowi tidak konsisten.
Jokowi, kata dia, di satu sisi menginginkan banyak investor asing masuk ke Indonesia. Tapi di lain sisi, mengkritik sistem dan lembaga keuangan internasional semisal International Monetary Fund (IMF) dan ASian Development Bank (ADB).
"Pemerintah seperti ingin gampangnya saja. Menyuruh investor untuk datang, tapi belum siap untuk menerapkan perbaikan yang akan memfasilitasi investasi itu," ucap Bower.
Sementara Eric Sugandi, ekonom senior Standard Chartered Bank Jakarta, menyatakan pendpat berbeda.
Ia menyetujui revitalisasi sistem finansial global seperti dalam pidato Jokowi.
Namun, menurut Eric, sang presiden dalam pidato tersebut hanya sekadar memberikan pesan yang ingin didengar penonton.
"Konteksnya harus dilihat siapa penontonnya. Ini hanya retorika politik," tukasnya.
Segendang sepenarian, ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya juga menyatakan Presiden Jokowi adalah 'pelaku'.
"Keliru jika menganggapnya sebagai seorang ideolog."
Untuk diketahui, dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015, Presiden Jokowi berpidato mengemukakan pendapatnya mengenai tatabab ekonomi global baru yang diharapkan lebih terbuka untuk negara-negara berkembang.
"Pemikiran atas solusi masalah ekonomi dunia hanya terbatas pada Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan Asian Development Bank (ADB)," ungkapnya.
Presiden Jokowi tidak menjelaskan seperti apa perubahannya, namun ia menambahkan bahwa hal tersebut penting agar menghilangkan terjadinya dominasi antar negara, khususnya oleh Barat.