Satu Suara dan Tekad Bangsa Asia-Afrika
Diselenggarakan pertama kali tahun 1955, semangat KAA menciptakan tatanan dunia lebih baik terus disampaikan dalam berbagai forum dari zaman ke zaman
TRIBUNNEWS.COM – Penyelenggaraan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta semakin menumbuhkan optimisme di dalam diri bangsa Asia dan Afrika. Hal itu terlihat dari tiga dokumen utama yang dibahas sepanjang rangkaian pertemuan KAA: Bandung Message, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP), dan Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina.
Bandung Message merupakan dokumen yang berisi tiga hal utama, yakni solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan hubungan sosial budaya di antara negara-negara Asia Pasifik. Sementara Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika ditujukan untuk mendorong bentuk kerja sama konkret dengan delapan fokus area.
Di antaranya terorisme, kejahatan trans-nasional, ketahanan pangan, ketahanan energi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pariwisata, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan.
Sementara Deklarasi Palestina berisi dukungan konsisten dari negara-negara Asia-Afrika terhadap berdirinya Negara Palestina dan hak-hak dasar warga Palestina.
Dari tiga dokumen utama tersebut, hanya Bandung Message yang akan ditandatangani secara simbolis oleh pemimpin negara-negara Asia-Afrika.
Di sisi lain, Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) yang disepakati sejak hari pertama penyelenggaraan KAA, dinilai banyak negara partisipan sangat penting guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara Selatan.
Sebab, negara-negara Selatan tercatat hanya menghasilkan separuh dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, dan hanya memproduksi separuh dari hasil ekonomi dunia.
“Sekitar 2,2 miliar orang di dunia masih hidup di bawah garis kemiskinan, lebih dari 800 juta orang menderita kelaparan kronis, dan lebih dari 200 juta orang terkena dampak perubahan iklim,” ujar Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina dalam pidatonya di pertemuan tingkat kepala negara-pemerintahan KAA di JCC, Rabu (22/4) lalu.
Oleh karena itu, PM Bangladesh menilai negara-negara Selatan perlu bekerja sama mengatasi tantangan pembangunan dan memastikan strategi pembangunan benar-benar bersifat pro rakyat.
Tiga tantangan menurut PM Bangladesh tersebut meliputi upaya melawan kelaparan dan ketidaksetaraan, upaya melawan terorisme dan ekstrimisme, dan upaya menjalin kerja sama erat yang berkelanjutan.
Hal senada juga diungkapkan Raja Jordania Abdullah II. Dalam pidatonya ia menilai sudah sepatutnya negara-negara Selatan saling memberikan bantuan di bidang ekonomi, terutama bagi negara yang tengah dilanda aksi terorisme.
“Kerja sama Selatan-Selatan dapat dan harus membantu negara-negara di kawasan yang ekonominya dieksploitasi oleh kelompok-kelompok teroris,” ujarnya.
Dua pernyataan kepala negara-pemerintahan tersebut sejalan dengan semangat KAA untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia. Diselenggarakan pertama kali tahun 1955, semangat KAA untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih baik terus disampaikan dalam berbagai forum dari zaman ke zaman. (adv)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.