Pasutri yang Telantarkan Anak di Cibubur Kerap Isap Sabu di Rumah
Lebih lanjut, Eko mengatakan, pasutri itu juga mengaku sudah enam bulan memakai narkoba jenis sabu
Mereka menyebutkan bahwa tidak ada penelantaran seperti yang telah disebutkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebelumnya.
"Sama sekali enggak ada, fitnah itu. Susah begini jadinya," kata T, Kamis (14/5/2015) malam.
Dia menceritakan bahwa anak laki-laki satu-satunya, AD (8), dirawat oleh ibunya hingga berumur lima tahun.
Kompas.com/Robertus Belarminus
Rumah orangtua AD, di Komplek Citra Grand Cibubur, Bekasi. Rumah ini telah disegel polisi terkait kasus dugaan kekerasan terhadap anak oleh orangtua AD. Foto diambil Kamis (14/5/2015).
Setelah lima tahun dirawat, AD dikembalikan ke rumahnya di Perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi, Jawa Barat. T sendiri baru tinggal di sana dengan keluarganya selama kurang lebih satu tahun.
Menurut Utomo, karena tidak dirawat sejak kecil, maka tidak ada ikatan batin antara dia dengan AD. Ada pun T dan N memutuskan agar AD dititipkan ke ibu Utomo atau eyangnya, karena kelahiran AD tidak direncanakan.
"Istri saya ini kan lahiran caesar terus, yang cowok ini kebablasan, jadinya lahir lagi. Ya sudah kita minta titipin ke eyangnya saja," ujarnya.
Selama dirawat oleh ibunya, AD dianggap terlalu dimanja. Sehingga Utomo menerapkan sikap tegas terhadap AD, berbeda dengan perlakuan dia terhadap keempat anak lain yang perempuan.
Namun dia membantah semua tuduhan bahwa dia menelantarkan, tidak memperbolehkan anaknya pulang, bahkan sampai tidak memberikan makan.
Utomo menjelaskan, kondisi di rumahnya termasuk sebuah perumahan elit yang tidak ada pagarnya. Jika ada tetangga yang mengaku kalau anaknya dibiarkan bebas keluar-masuk rumah, itu merupakan hal yang biasa.
"Dia kan anak cowok, enggak masalah lah. Enggak ada perkara. Tetangga saja yang fitnah kita," tuturnya.
Nurindria juga berpendapat kalau AD adalah anak yang cerdas. AD ternyata juga sudah sering diberikan kunci rumah sehingga dia bisa keluar dan masuk ke rumah kapan saja.
Terhadap tetangga di sekitar, Nurindra ikut menyesalkan tingkah mereka terhadap AD. Pernah suatu saat AD tidak pulang hingga larut malam sampai pagi hari.
Ketika pagi hari, mereka mencari anaknya yang ternyata ada di rumah tetangganya. Dia pun mengajak AD pulang, tetapi dilarang oleh tetangganya.