Cerita Naiman, Masak Beras Plastik, Jadi Nasi Dimakan Lalu Bikin Sakit Perut dan Muntah
Lalu ia pun merasakan kepala pusing, mual, dan akhirnya muntah. Kondisi itu berlangsung hingga sore hari. Karena itu ia pun memutuskan ke dokter.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Seperempat abad lebih, Naiman (52) menjadi petugas kebersihan di Kelurahan Depok Jaya, Pancoran Mas, Depok.
Meski sudah 35 tahun membersihkan sampah dan mengangkut sampah di Jalan Nanas 1-4, Naiman hanya mendapatkan honor Rp 400.000.
"Gaji nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup makanya warga memberikan beras buat kami," tutur warga Kampung Rawageni RT03/02, Ratujaya, Cipayung, Depok itu.
Naiman yang sejak kecil tinggal di Rawageni itu pun sangat senang mendapatkan bantuan beras. Karena itu setiap awal bulan ia bersama Nurman selama 35 tahun mendatangi rumah warga untuk mengambil beras.
Ada warga yang memberi beras setengah gelas, satu gelas, bahkan ada yang memberi satu liter. Selama 35 tahun itu ia tidak mendapatkan masalah.
Namun musibah dialaminya ketika ia bersama Nurman mengambil beras ke rumah warga pada Sabtu (16/5/2015). Beras pemberian warga terkumpul 12 kg. Beras itu pun dibagi dua dengan Nurman.
"Seperti biasa beras itu dimasak istri saya Sarifah (42). Minggu (17/5/2015) istri saya mencuci beras itu dengan boboko. Kemudian dimasak dengan mesin penanak nasi. Sebelum matang terlihat beras lengket seperti lem. Anehnya saat matang butiran nasinya memuai besar-besar. Karena lapar saya makan aja. Gak ngerasa aneh. Saya makan nasi itu sehari tiga kali," paparnya.
Pada Senin (18/5/2015) perut terasa melilit, lanjutnya. Meski begitu ia tidak bisa buang air besar. Lalu ia pun merasakan kepala pusing, mual, dan akhirnya muntah. Kondisi itu berlangsung hingga sore hari. Karena itu ia pun memutuskan ke dokter.
"Istri, dua anak saya dan keponakan juga mengalami hal yang sama. Karena di tv rame berita beras plastik maka saya dan anak-anak curiga jangan-jangan beras plastik. Setelah dilihat-lihat ternyata benar. Bentu beras beda.
Berbentuk seperti jagung makanan burung yang berwarna bening. Sedangkan beras asli lonjong dan berwarna susu. Lalu kami kumpulkan satu-satu dan terkumpul dua liter. Lalu beras itu pun dibawa ke dokter. Kata dokter itu beras palsu dan karenanya jadi keracunan. Terus dikasih obat dan sembuh. Anak saya tidak kedokter, tapi sembuh," ujarnya.
Penulis: Dody Hasanuddin
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.