Pengamat: Kabareskrim Jangan Lagi Cari Sensasi
Komisaris Jenderal Anang Iskandar diminta jangan hanya mencari sensasi dengan cara mengungkap kasus.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergantian Kabareskrim diharapkan membawa angin segar di institusi Polri. Komisaris Jenderal Anang Iskandar diminta jangan hanya mencari sensasi dengan cara mengungkap kasus.
Akademisi, Abdul Fickar Hadjar, menyoroti kerja mantan Kabareskrim Komisaris Jenderal Budi Waseso yang dinilai mencari sensasi. Namun, dari sudut pembuktian belum ada yang diproses sampai ke tingkat pengadilan.
"Penanganan kasus selama periode Januari sampai September lebih menonjol sensasi. Dari sudut pembuktian belum ada satupun yang naik ke pengadilan," tutur Fickar ditemui di Jakarta, Senin (7/9/2015).
Dia menduga instansi Polri sarat kepentingan politik pada periode Januari sampai September. Sehingga, penanganan kasus lebih banyak unsur politik daripada penegakan hukum.
Lama penanganan kasus, menurut dia, menjadi salah satu indikasi 'permainan' yang dilakukan oknum di aparat kepolisian. Seperti kasus yang menjerat Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Bambang Widjojanto (BW).
"Lama kasus ini menjadi indikator. Ini masa di mana kepolisian banyak dipengaruhi kepentingan politik. Sehingga menurut saya kasus pesanan seperti kasus BW," kata dia.
Dia berharap supaya Komjen Anang Iskandar melakukan audit kasus per kasus sejak Desember 2014 sampai sekarang. Ini untuk mencegah adanya kriminalisasi yang dilakukan aparat kepolisian.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.