Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjalanan Migrasi Burung Elang Terhalang Kabut Asap

kebakaran hutan di wilayah Sumatera mempengaruhi perjalanan burung-burung yang bermigrasi

Penulis: Ferdinand Waskita
zoom-in Perjalanan Migrasi Burung Elang Terhalang Kabut Asap
/TRIBUN PEKANBARU/MELVINAS PRIANA
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan terlihat menutupi wilayah kota Pekanbaru, Riau, Kamis (12/5/2011). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru mencatat sebanyak 49 titik panas (hotspot) terpantau berada di provinsi Riau. Jarak pandang terendah tercatat sekitar 500 meter dj pagi hari, namun aktivitas penerbangan tetap berjalan dengan normal. (Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap tahun burung yang hidup pada bumi bagian utara pada saat musim dingin akan melakukan perjalanan panjang demi kebutuhan hidup ke arah selatan.

Ribuan burung pemangsa melalui East Asian Continental Flyway, yaitu jalur dari Siberia ke Indonesia melalui Thailand, Malaysia dan East Asian Oceanic Flyway, yaitu jalur dari Jepang menuju Indonesia melalui Filipina dan Sulawesi singgah untuk mencari makan dan beristirahat.

Pengamat burung di Riau yang mengamati migrasi burung pemangsa di Bengkalis Baru, Heri Tarmizi mengungkapkan kebakaran hutan di wilayah Sumatera mempengaruhi perjalanan burung-burung yang bermigrasi.

Tahun lalu perhitungan burung pemangsa telah dimulai pada bulan September 2014. Namun tahun ini, jenis burung baru dapat dihitung pada bulan Oktober.

"Selama beberapa hari pengamatan di lokasi ini, hanya satu hari saja mendapati 300 individu Sikep madu Asia melintas. Esoknya tidak teramati karena asap yang menghalangi pemantauan kami," kata Heri Tarmizi dalam keterangannya, Rabu (14/10/2015).

Hal serupa juga diungkapkan oleh ahli burung di Indonesia dari LIPI Dewi Malia Prawiradilaga dima kebakaran yang terjadi di Sumatera berpengaruh terhadap migrasi burung.

Asap hasil kebakaran tersebut juga berbahaya bagi semua mahluk hidup termasuk elang. Kondisi ini juga buruk bagi elang bermigrasi karena mereka mengandalkan indra penglihatannya untuk menentukan arah terbangnya.

Berita Rekomendasi

"Kemungkinan elang-elang tersebut akan menghindar untuk berkunjung ke Pulau Sumatera atau mengalihkan arah terbangnyanya ke lokasi lain. Mungkin pula masih ada yang tetap melakukan perjalanan ke Sumatera seperti tahun sebelumnya," imbuhnya.

Selain Sumatera, pengamat di Jawa juga telah mulai menghitung burung migrasi pemangsa.

Lokasi yang sering dilakukan untuk pemantauan, antara lain Puncak Gantole kawasan Puncak Jawa Barat dan Gunung Batu kawasan Lembang, Bandung.

"Meski cuaca mendung dan berangin, selama empat hari pengamatan kami menghitung ada 3.221 individu dari jenis Sikep madu Asia, Elang alap Cina dan Elang Alap Jepang," ujar Pengamat dari Jakarta Birder Khaleb Yordan

Begitu juga jumlah yang terhitung di Kawasan Lembang, Bandung.

“Hingga awal Oktober, jumlah burung migrasi pemangsa dari jenis Sikep madu Asia, Elang alap Cina dan Elang Alap Jepang di kawasan Gunung Batu kawasan Lembang, Bandung telah menghitung 3.234 ekor,” ujar anggota Banten Wildlife Photography Budi Hermawan.

Jika Anda tertarik, pengamatan burung migrasi dapat dilakukan antara lain di Puncak Gantole kawasan Puncak bersama pengamat burung Jakarta, Bogor, Depok.

Gunung Batu, Bandung bersama Banten Wildlife Photography, Bicons, Bandring, Eloner.

Semarang bersama pengamat burung Haliaster, Universitas Diponegoro. Bali di Gunung Sega, Karang Asem bersama kelompok pengamat burung di Universitas Udayana, Kokokan Bali dan Satwa Alam Bali. Lombok Utara di Bukit LIPI bersama Lombok Wildlife Photography. Kecial MIPA Biologi, Universitas Mataram.

Terakhir di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara bersama Burung Sulawesi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas