Perjuangan Syafruddin, Penyandang Disabilitas Meraih Mimpi di Jakarta
Syafruddin merupakan penyandang disabilitas. Ia tidak memiliki kaki.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
Try Sutrisno merespon permintaan Syafruddin. Tahun 1995, dari tanah kelahirannya di Medan, Sumatera Utara, Syafruddin berangkat ke Jakarta. Ia mendapatkan dana dari Try Sutrisno untuk Kuliah Strata I di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Syafruddin tinggal di asrama kampus. "Saya dapat bersekolah dari biaya pribadi Pak Try Sutrisno," katanya.
Selama kuliah, ia mengakui memiliki hambatan dalam beraktivitas. Apalagi bila keluar kampus. Ia sulit bila naik bus kota atau kereta listrik. "Saya sulit naik keatas bus," ujarnya.
Akhirnya, Syafruddin kembali mengirimkan surat permintaan pembelian motor kepada Try Sutrisno. Ternyata, Try Sutrisno mengabulkan permintaan Syafruddin. Saat menjalani semester 2 di kampus, Syafruddin akhirnya memiliki sepeda motor Roda tiga. "Ya inilah saya, tergantung motor. Seperti saat saya kesini (Gedung DPR)," katanya kembali tersenyum.
Pembicaraan kemudian beralih kepada keluarga, Syafruddin dikenalkan keluarga kepada calon istrinya Ade Sastri Ipoh yang kini menjadi pendampingnya. Tak perlu pacaran, karena Syafruddin dapat meyakinkan orangtua Ade.
Kepada Ade, Syafruddin juga mengakui tidak dapat menyenangkan dengan materi. "Istri saya normal, saya bilang gini, saya seperti ini apa adanya, mau tidak keadaan seperti ini, jangan ada paksaan. Untuk menyenangkan secara materi enggak bisa, tapi untuk mengarahkan sebagai umat Islam ke akherat, Insya Allah saya mampu," tuturnya.
Ucapan itulah yang meluluhkan hati Ade dan mertua Syafruddin. Kini, pasangan tersebut dikarunia seorang anak berusia lima tahun, Muhammad Wais Al Karni. Bel rapat paripurna kemudian berdering kencang, Syafruddin pamit menuju balkon membawa harapan agar RUU Disabilitas berpihak kepada penyandang disabilitas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.