Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tips Atasi Dampak Psikologis Akibat Pemberitaan Media Terkait Tragedi Paris

Orang tua juga dapat mengingatkan anak-anak bahwa banyak hal baik yang terjadi yang tidak diberitakan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Tips Atasi Dampak Psikologis Akibat Pemberitaan Media Terkait Tragedi Paris
ABC
Di era dimana berita bisa dikonsumsi 24 jam sehari, memberikan dampak psikologis signifikan bagi warga. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Liputan tragedi kemanusian dan bencana, seperti aksi penyerangan yang baru-baru ini terjadi di Paris atau pengeboman di kawasan Timur Tengah menimbulkan rasa kegelisahan, kebingungan, dan ketakutan bagi banyak orang. Tak sedikit yang tahu jika pemberitaan saat ini telah menyebabkan anak-anak merasa tertekan.

Tentunya menjadi yang sulit untuk meredam kemarahan saat menonton atau mendengar sejumlah tragedi kemanusiaan di dunia.

Mereka yang mengkonsumsi berita soal tragedi dan bencana di media selama enam jam sehari lebih besar kemungkinannya menjadi mudah putus asa, mudah tersinggung, bahkan kadang merasa terasingkan.

Tak hanya itu, mereka juga bisa kehilangan identitas dengan diliputi perasaan gagal, dan berujung pada sulit tidur.

Gambaran tragedi dan bencana yang dilihat di media dapat mengganggu pikiran mereka. Kejadian yang kecil setiap harinya terbukti bisa memberikan dampak yang lebih besar dari biasanya.

Terlepas dari membatasi mengkonsumsi media, ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga diri mereka sendiri.

Diantaranya, memastikan mereka mendapat waktu tidur yang cukup; berolahraga secara teratur; makan yang baik; menghindari penggunaan narkoba dan alkohol untuk mengatasi stress; lebih menghabiskan waktu dengan orang yang mereka cintai; melakukan hal-hal yang menyenangkan; dan kembali ke rutinitas biasa.

Berita Rekomendasi

Sementara itu dari hasil laporan yang ada, anak-anak lebih sensitif terhadap liputan bencana di media. Alasannya karena mereka memiliki kekhawatiran yang sangat besar jika hal yang serupa akan terjadi pada mereka, keluarga mereka. Kadang mereka tidak memahami jika kejadian tersebut hanya sekali terjadi dan belum tentu akan terjadi masa depan.

Tetapi melindungi anak-anak mereka dari gempuran media juga tidak bisa selalu dilakukan oleh para orang tua. Membuat sebuah kejadian sebagai 'rahasia' atau dianggap tidak ada bukanlah hal yang mudah dilakukan di jaman teknologi seperti sekarang ini.

Yang bisa dilakukan oleh para orang tua adalah mencoba membatasi waktu dan jumlah media yang dikonsumsi anak-anak.

Tak hanya itu, orang tua pun disarankan untuk menjelaskan apa yang telah terjadi dan dengan bijak menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Hal yang penting lainnya adalah berbicara soal bagaimana perasaan mereka dan melakukan sesuatu bersama-sama. Ajaklah mereka bermain bersama atau berjalan-jalan sambil menunjukkan kenyamanan dan kasih sayang. Hal seperti ini dapat membantu anak-anak merasa aman.

Orang tua juga dapat mengingatkan anak-anak bahwa banyak hal baik yang terjadi yang tidak diberitakan.

Psikolog senior dari Australia Psychological Society, Dr Susie Burke mengatakan liputan media soal bencana dan tragedi kemanusiaan, seperti kecelakaan pesawat, serangan teroris, banjir dan gempa bumi, dapat memicu respons emosional yang cukup kuat bagi psikologis kita.

"Bukan balita atau anak-anak, yang mungkin tidak tahu apa yang mereka lihat. Tapi anak-anak remaja, yang cukup sadar untuk mengetahui [dan] akan terganggu dari apa yang mereka lihat, tapi mereka tidak dapat melihat bahwa kejadian tersebut benar-benar tidak memiliki kaitan secara langsung dengan dirinya, "kata Dr Burke.

Profesor Beverley Raphael, yang bekerja dengan Jaringan Trauma dan Duka Australia di Australian National University, mengatakan adanya bukti yang menunjukkan paparan berlebihan terhadap liputan bencana dapat menyebabkan anak-anak trauma beberapa anak-anak. Ini adalah alasan mengapa Organisasi Kesehatan Dunia, WHO merekomendasikan agar anak-anak tidak ditampilkan dalam tayangan tragedi dan bencana.

"Kita tahu bahwa liputan seperti ini tidak baik bagi siapa pun, terutama untuk anak-anak, untuk terus menontonnya lagi dan lagi. Semua hal ini membuat kita terluka, dan bukannya menimbulkan kekuatan dan keberanian untuk membantu orang-orang."

Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa liputan video dan televisi, khususnya, bisa "sangat meresahkan dan dapat menempel di pikiran anak lebih dari dari gambar foto di media cetak atau audio lewat berita di radio."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas