Kaleidoskop 2015: Geger Prostitusi Artis
kasus pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan itu menjadi sorotan
Penulis: Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat Indonesia digemparkan pemberitaan artis yang terlibat praktik prostitusi.
Hampir sepanjang tahun 2015, kasus pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan itu menjadi sorotan.
Dimulai tertangkapnya model Amel Alvi bersama mucikari Robbie Abbas di sebuah hotel di ibu kota pada bulan Mei, lalu, Anggita Sari diciduk di Surabaya pada pertengahan tahun dan terakhir tepergoknya artis Nikita Mirzani dan finalis kontes kecantikan Puti Revita di tempat menginap mewah di kawasan Bundaran Hotel Indonesia pada awal Desember.
Tarif para wanita cantik itu membuat mata terbelalak. Sebab, untuk mendapatkan jasa mereka, pria ‘hidung belang’ harus merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah.
Ada dua sisi dari terungkapnya praktik yang sudah ada sejak zaman nabi ini.
Sisi pertama, masyarakat mengetahui prostitusi di kalangan artis yang selama ini tak terkuak. Di sisi lain, ini mencoreng pelaku industri dunia hiburan tanah air.
Anwar Fuady, seorang aktor senior, tidak menampik ada artis yang terlibat prostitusi.
Namun, dia menilai, hanya artis tidak berprestasi yang terjerat dalam praktik prostitusi. Sebab, artis berprestasi sudah dapat menghidupi kehidupan sehari-hari dari apa yang diperolehnya.
“Iya, tetapi yang jelas namanya orang macam-macam. Ada pengusaha perempuan terlibat prostitusi. Macam-macam. Itu oknum,” tutur mantan Ketua Persatuan Artis Sinetron Indonesia (PARSI) kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Dia menilai, masyarakat Indonesia telah salah paham menyebut semua orang yang terlibat di dunia hiburan sebagai artis.
Padahal, kata dia, seseorang mempunyai standar tertentu sehingga layak disebut artis. Kenyataan di lapangan, dia melihat, ada yang baru tampil dua sampai tiga kali di sinetron sudah dipanggil artis.
Sayangnya, orang itu bukan pemeran utama malah cuma pemeran pengganti. Penyandangan nama artis membuat oknum menyalahgunakan untuk mengeruk keuntungan.
Salah satunya, menurut pria asal Sumatera Selatan itu, oknum mendekati pengusaha-pengusaha 'hidung belang'.
“Ini lihat kartu nama saya. Artis. Orang pikir dia artis benar padahal cuma mondar mandir di depan warung saja. Foto sama pemeran utama. Foto di sebar kemana-mana," ujarnya.