Disinggung PBNU Kritik Jokowi, Said Aqil Siraj Enggan Menjawab
Said Aqil mengingatkan sepanjang tahun 2015 nilai tukar rupiah terus melemah, ekspor terus menurun, dan kehidupan petani tidak kunjung membaik
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sepanjang tahun 2015, banyak hal yang terjadi di Indonesia. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siraj menyebut hal yang baik harus disyukuri, sementara hal yang buruk harus dijadikan pelajaran.
Dalam pemaparannya tentang pesan moral kebangsaan dan catatan akhir tahun 2015 yang diberi judul "Anak Ayam Tidak Boleh Kehilangan Induknya," di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2015), Said Aqil menilai berbagai macam hal buruk yang terjadi, disebabkan oleh krisis kepemimpinan.
Dalam pemaparannya, Said Aqil mengingatkan sepanjang tahun 2015 nilai tukar rupiah terus melemah, ekspor terus menurun, dan kehidupan petani tidak kunjung membaik, karena kebijakan impor bahan pangan.
"Utang luar negri kita meningkat, alhamdullilah, orang miskin dan pengangguran bertambah," ujarnya.
Permasalahan-permasalahan yang dipicu oleh minimnya kehadiran pemimpin itu, membuat berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi bermasalah. Rakyat pun seperti kehilangan pegangan.
"Rakyat tak ubahnya anak ayam yang kehilangan induknya," kata Said Aqil.
Di tengah-tengah segala permasalahan tersebut, seharusnya pemimpin dan kelompok elit bangsa hadir. Namun yang justru dipertontonkan adalah konflik, seperti drama "Papa Minta Saham," yang berujung pada lengsernya Setya Novanto dari jabatan ketua DPR.
Drama tersebut membuat masyarakat semakin kehilangan panutannya. Salah satu dampak dari hal itu, adalah pembakaran gedung kantor Gubernur Kalimantan Utara.
Pembakaran itu dilakukan oleh kelompok Masyarakat yang kecewa proses pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak.
Krisis kepemimpinan juga berdampak pada makin berkembangnya kelompok radikalisme, yang menyebabkan permasalahan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Selain itu, krisis kepemimpinan juga memicu permasalahan toleransi, yang menyebabkan kasus pembakaran rumah ibadah.
Dalam sesi tanya jawab, saat ditanya apakah PBNU mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Said Aqil tidak menjawab. Ia kemudian menunjuk Sekjen PBNU, Helmy Faishal untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Orang pintar cukup dengan isyarat. Anak ayam jangan sampai kehilangan induknya," ujar Helmy Faishal.