Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eks Anggota Gafatar Butuh Fasilitas dan Penanganan Kesehatan dari Pemerintah

Menurut Yudi yang diperlukan para eks pengikut Gafatar kini adalah fasilitas dan penanganan kesehatan dari pemerintah.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Eks Anggota Gafatar Butuh Fasilitas dan Penanganan Kesehatan dari Pemerintah
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Pemulangan 904 warga eks Gafatar menuju Jakarta menggunakan KRI Teluk Penyu dikawal ketat TNI dan Polda Kalbar di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Jl Pak Kasih, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (30/1/2016) siang. Barang bawaan diperiksa secara menyeluruh dan ditemukan sejumlah dokumen terkait Gafatar. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya mengeluarkan fatwa sesat terhadap keberadaan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Setelah melakukan pengkajian, organisasi tersebut akhirnya divonis menyimpang oleh para ulama, Rabu (3/2/2016).

Seorang eks anggota Gafatar, Yudi (35) mengatakan permasalahan sekarang adalah bukan mengenai sesat atau tidaknya organisasi.

Melainkan jaminan sosial dari pemerintah pasca-dipulangkan dari Kalimantan dan ditampung di panti sosial.

Sebelumnya Rabu siang (3/2/2016), MUI mengeluarkan fatwa sesat bagi keberadaan Gafatar.

"Bukan sesat atau tidak sesat lagi, toh mereka sudah dipaksa pulang, melainkan bagaimana kehidupan mereka selanjutnya," ujar Yudi di Bambu Apus, Jakarta Timur, Rabu (3/2/2016).

Berita Rekomendasi

Menurut Yudi yang diperlukan para eks pengikut Gafatar kini adalah fasilitas dan penanganan kesehatan dari pemerintah.

Selain itu beberapa dari mereka juga sudah tidak lagi punya tempat tinggal.

"Yang mereka harapkan jaminan nasional, ada tempat mereka untuk hidup, bekerja, dan keamanan," paparnya.

Selama ini apa yang dijanjikan pemerintah seperti bantuan modal untuk eks Gafatar menurut Yudi belum ada realisasinya.

Jangankan modal atau bekal untuk melanjutkan hidup, uang yang dijanjikan selama di penampungan juga tidak ada.

"Jangankan modal, yang dijanjikan 10 ribu sehari saja belum ada realisasinya," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas