Yusril Ceritakan Masa Kecilnya Bertetangga dengan Slamet Rahardjo-Eros Djarot di Belitung
Di Kota Tanjung Pandan, keluarga Idris Haji Zainal Abidin (ayah Yusril), tinggal di rumah kontrakan sederhana di Kampung Parit.
Penulis: Valdy Arief
Editor: Dewi Agustina
MEMASUKI usia ke-60 tahun, Prof Dr Yusril Ihza Mahendra SH meluncurkan empat buku sekaligus bertajuk Ensiklopedia Pemikiran Yusril Ihza Mahendra, di Jakarta, Sabtu (6/2/2016) pekan lalu.
Sebagian besar isi buku merupakan kumpulan tulisan mantan Menteri Sekretaris Negara tersebut dalam berbagai kesempatan.
Pada buku keempat Yusril menceritakan pengalaman masa kecilnya, berikut petikannya.
"Ketika usia saya dua tahun (1958), keluarga kami pindah ke Tanjung Pandan. Ayah saya yang semula menjadi penghulu, mengurus hal ikhwal perkawinan, rupanya diangkat menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di kota itu."
Itulah kenangan Yusril Ihza Mahendra ketika keluarganya pindah dari tempat kelahirannya di Manggar, Belitung, ke Tanjung Pandan, sebuah kota berjarak sekira 90 km dari Manggar.
Saat ini Tanjung Pandan merupakan ibukota Kabupaten Belitung, sedangkan Manggar dikenal sebagai ibukota Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung.
Di Kota Tanjung Pandan, keluarga Idris Haji Zainal Abidin (ayah Yusril), tinggal di rumah kontrakan sederhana di Kampung Parit.
Saking sederhananya rumah itu, Yusril dan lima kakaknya tidur di lantai menggunakan tikar terbuat dari daun pandan.
Selain sebagai Kepala KUA, Idris juga mengajar agama Islam para narapidana dan anggota polisi.
"Saya masih ingat kepala polisi di sana namanya Abdullah Paloh. Beliau itu orangtua dari Pak Brewok, Surya Paloh, yang belakangan hari tersohor namanya menjadi raja dunia media massa," tulis Yusril.
Ia juga masih ingat siapa Bupati Belitung pada waktu itu. Namanya Zainal Abidin Pagar Alam, yang kemudian menjadi Gubernur Lampung.
"Anaknya saya kenal, namanya Syahruddin Pagar alam, yang sekarang menjadi Gubernur Lampung seperti ayahnya dahulu," katanya.
Zainal Abidin Pagar Alam merupakan tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI), sedangkan ayah Yusril kader Partai Masyumi.
"Namun kedua orang itu (Zainal Abidin dan Idris) bersahabat dan sering bertukar pikiran. Saya sering mendengar ayah saya berbicara dengan tokoh-tokoh itu," kenang Yusril.