Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemendagri Komentari Soal Sikap Pasha Ungu Marahi PNS Kota Palu

"Tiap orang beda-beda, kadang ada orang yang hanya dikedipin mata saja sudah mengerti. Ada yang melalui mimik wajah atau gestur tubuh. Ada juga yang h

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Kemendagri Komentari Soal Sikap Pasha Ungu Marahi PNS Kota Palu
TRIBUNNEWS.COM/JEPRIMA
Sigit Purnomo atau Pasha 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Edwin Firdaus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pejabat Kementerian Dalam Negeri angkat bicara soal sikap Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo alias Pasha Ungu.

Pasha memarahi sejumlah aparatur sipil negara (ASN) saat upacara apel kesadaran di Balai Kota Palu, Kamis (18/2/2016).

Pasha marah karena banyak peserta yang masih belum disiplin saat upacara.

Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Yuswandi A Temenggung mengaku belum tahu persis bagaimana kejadiannya.

Dikatakannya kalau setiap kepala daerah memiliki kewenangan dalam menentukan cara menerapkan disiplin kepada pegawainya.

Tapi, kata Yuswandi, cara itu pula yang akan menentukan kesuksesan kepemimpinan kepala daerah.

BERITA REKOMENDASI

"Ini hanya persoalan kepemimpinan, mungkin itu cara dia menunjukan leadershipnya," kata Yuswandi di Kantor BPSDM, Jakarta Selatan, Jumat (19/2/2016).

menurutnya Kemendagri hanya bisa memberikan pengertian saja atas persoalan tersebut.

"Ada yang namanya psikologi birokrasi dan kepala daerah itu sendiri yang menentukan cara untuk mencapai kesuksesan kepemimpinannya," ucapnya.

Yuswandi menilai dalam memimpin, seorang pemimpin memiliki cara yang berbeda-beda.

Jadi menurutnya, apa yang dilakukan Pasha merupakan suatu kewajaran.


Tapi, tambah Yuswandi, penerapan psikologi birokrasi dalam konteks menegur seorang pegawai yang melakukan kesalahan, mungkin tidak disamaratakan.

Seperti menegur pegawai golongan satu, bisa berbeda saat menegur pegawai golongan dua.

Begitu juga dengan golongan tiga dan empat.

Jadi tegas, Yuswandi itu biasa saja.

"Tiap orang beda-beda, kadang ada orang yang hanya dikedipin mata saja sudah mengerti. Ada yang melalui mimik wajah atau gestur tubuh. Ada juga yang harus diteriakin dulu baru ngerti."

"Saya pun gitu, ada yang harus diteriakin, malah ada yang berkasnya pernah saya lempar ke mejanya. Semua itu biasa," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas