Mengaku Didiskriminasi, Wanita Mantan Aktivis Gafatar Ini Mengadu ke Komnas Perempuan
"Cukup saya saja yang mengalami, jangan sampai terulang. Kami dipulangkan ke Indramayu."
Editor: Choirul Arifin
Hal serupa juga dialami Eri Idayana. Perempuan eks Gafatar asal Subang ini pernah diusir setelah tinggal selama 27 hari di rumah kontrakan Cibogo, Subang.
"Kami diberikan kontrakan 1 bulan, baru 27 hari sudah diusir. Padahal kontrakannya tak layak, bocor, airnya kembali ke sumur. Tapi karena kondisi lemah, sudah diusir, pindah lagi cari kontrakan," kata dia.
Di tempat yang baru, di desa berbeda yang letaknya tak jauh dari rumah kontrakan sebelumnya, kata Eri, penolakan warga juga sangat terasa.
"Kami tiga hari hingga tiga minggu mau didemo, alhamdulillah yang punya kontrakan membela karena sudah kontrak setahun. Kami cari murah dan biaya tak punya, karena tak layak anak saya sakit. Sempat dirawat karena gejala typus," kata dia. N
amun setelah enam bulan kemudian, kata Eri, pemilik kontrakan justru menjual rumah yang sedang ditempati ini kepada orang lain.
"Saya tanyakan, ini saya ngontrak kenapa dijual. Kalau dijual ya silakan, tapi tunggu kami keluar," kata dia.
Maka dari itu, lanjut Eri, bersama empat perempuan eks Gafatar lainnya ini diharapkan ada bantuan guna menggugah pemerintah, khususnya di daerah, untuk bisa bersikap adil kepada eks Gafatar.
"Kami ini bawa hak sendiri, ingin punya hidup lebih baik. Ini program pemerintah untuk pulangkan kami, tapi kenapa kami ditelantarkan," kata dia.
Penulis: Fachri Fachrudin
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.