Hadapi Dampak Hoax Terhadap Kunjungan Wisata, Ibas Minta Kemenpar Kerja Intensif
Hoax memunculkan serangkaian kegaduhan, termasuk demonstrasi hingga akhirnya berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI, harus memperhatikan, waspada dan konsisten bekerja secara massif, intensif dan ekstensif menghadapi dampak hoax terhadap pariwisata nasional.
Hoax memunculkan serangkaian kegaduhan, termasuk demonstrasi hingga akhirnya berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan.
Hal ini disampaikan anggota Komisi X yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas dalam keterangan tertulis, saat Rapat Kerja Komisi X dengan Kemenpar di Ruang Komisi X, DPR RI, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Agenda Rakar antara lain evaluasi pelaksanaan dan daya serap APBN 2016, permasalahan dan solusi APBNP 2016, realisasi target kinerja dibandingkan dengan RKP 2016 hingga persiapan, kesiapan dan antisipasi masalah APBN 2017.
‘’Saya terenyuh atas kondisi bangsa kita yang sering terpengaruh hoax, yang kadang malah membawa sentimen negatif pada bangsa ini. Berita-berita negatif ini takutnya, bahkan bagaimanapun, akan mempengaruhi minat wisatawan yang akan datang ke Indonesia,’’ kata Ibas.
‘’Sebagai contoh, berita terkait banjirnya tenaga kerja asing illegal yang dapat mengancam NKRI dan tenaga kerja lokal. Itu kan menimbulkan kegelisahan dan kegaduhan. Pastilah berdampak pada kunjungan wisata dan dengan sendirinya mengurangi devisa Negara,’’ lanjutnya.
Terkait hal ini, Ibas menawarkan solusi. Pertama, Kemenpar sebaiknya melakukan review promosi internasional dan konvensional.
‘’Dilihat lagi seberapa efektif promosi di luar. Lakukan pendekatan lebih massif, intensif dan ekstensif, antara lain melalui media sosial dan media promo lainnya," kata Ibas.
Kedua, lakukan evaluasi “bebas visa” agar tidak menimbulkan ekses dan focus pada kepentingan negara. ‘
’Berikan kontribusi besar saja, misalnya bebas visa, promosikan secara gencar, buat repeat visit dari Negara tersebut terhadap daerah wisata yang sudah sangat siap di Indonesia,’’ kata Ibas lagi.
Menurut Ibas, wisatawan asing banyak yang mendapat informasi yang sudah sedemikian rupa, namun banyak juga yang malah kecewa karena merasa tidak sesuai.
‘’Jadi, lebih baik promosi wisatawan difokuskan kepada daerah-daerah yang sudah siap,’’ kata Ibas.
Sebelumnya, di hadapan Komisi X, Kemenpar antara lain memaparkan alokasi anggaran sebesar Rp.4.224.362.267.000. Namun pada perjalanannya Kemenpar melakukan self blocking anggaran sebesar Rp.800.000.000.000.
Sementara daya serap Kemenpar berdasar realisasi pembayaran sampai dengan 12 Januari 2017 sebesar Rp.3.299.652.832.689.
Mengenai kunjungan wisata, Kemenpar menyatakan bahwa periode Januari-November 2016 berjumlah 10.405.947 kunjungan atau naik 10 persen dari sebelumnya.
Adapun target kinerja RKP (Rencana Kerja Pemeirntah) Bidang Pariwisata pada 2017 antara lain, kontribusi pada PDB Nasional 5,50 %; devisa: Rp. 200 triliun.
jumlah tenaga kerja 12 juta orang; Indeks Daya Saing (WEF) peringkat 40; wisatawan mancanegara mencapai 15 juta kunjungan dan wisatawan nusantara ditargetkan 265 juta perjalanan.
Sementara nilai pagu anggaran Kemenpar 2017 sebesar Rp.3.823.958.059.000.
‘’Semoga target-target tercapai. Tentu, saya mendukung penuh, agar Pak Menteri ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pariwisata di daerah, seperti Hello Pacitan, saya berharap ada kegiatan serupa di daerah yang lain,’’ ujar Ketua Fraksi Demokrat itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.