Imigrasi Janji Cek Eks Dirut Garuda Masih di Indonesia atau sudah Keluar Negeri
Kepala Bagian Humas Ditjen Imigrasi Agung Sampurno mengatakan surat cegah tersebut telah mereka terima pada 16 Januari 2017.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah dijaring sebagai tersangka kasus penerimaan suap, mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 2005-2014, Emirsyah Satar, dilarang bepergian ke luar negeri selama enam bulan ke depan.
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif mengatakan pihaknya telah meminta Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan HA, untuk mencegah Emirsyah Satar meninggalkan Indonesia.
"Kami sudah melakukan pencegahan. Sudah minta ke Ditjen Imigrasi," kata Syarif di KPK, Jakarta, Jumat (20/1).
Kepala Bagian Humas Ditjen Imigrasi Agung Sampurno mengatakan surat cegah tersebut telah mereka terima pada 16 Januari 2017.
"Berlaku sejak tanggal dimintakan untuk periode enam bulan ke depan," kata dia.
Agung Sampurno mengaku masih harus mengecek kembali apakah Emirsyah Satar masih di Indonesia atau telah meninggalkan tanah air sebelum pencegahan dilakukan.
Meski kasus itu tidak terkait dengan Garuda Indonesia sebagai institusi, pergerakan saham perushaan ikut terpengaruh.
Pada perdagangan Jumat, perdagangan saham berkode GIAA tersebut terus bergerak melemah.
Mengutip data Bloomberg, saham GIAA sekitar pukul 11.04 WIB merosot 1,16 persen atau 4 poin ke level Rp 342 dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp 346 per saham.
Tercatat, saham GIAA sejak dibuka hingga pukul tersebut bergerak pada kisaran Rp 340 hingga Rp 348 per saham.
Sebelumnya, Analis Senior Bina Artha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, meskipun Emirsyah sudah tidak menjabat direksi Garuda Indonesia, tetapi pelaku pasar merespon negatif terhadap saham GIAA dengan melakukan aksi jual.
"Memang tidak ada hubungan lagi dengan Garuda sekarang, tapi ditakutkan akan merembet ke perusahaanya nanti," ujar Reza saat dihubungi Kamis.
Menurut Reza, sentimen negatif tersebut bersifat sementara dan pelaku pasar akan lebih melihat kinerja Garuda dalam mencetak keuntungan dan penguasaan pasarnya di industri penerbangan.
"Saya perkirakan saham Garuda akan bergerak pada kisaran support Rp 340 hingga Rp 342 dan resistance Rp 362 sampai Rp 364 per saham," tutur Reza.