Fahri Hamzah: Masalah Kita Bukan Kebhinnekaan Tapi Ketidakadilan, Timpangnya Hukum
Fahri mengingatkan kepada peserta agar jangan gampang diadu domba ditengah derasnya informasi di media sosial.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DIiringi pantun berkali-kali, Fahri Hamzah dipersilakan berbicara di depan masyarakat adat se-Sumatera Utara.
Fahri hadir dalam kegiatan Buka Puasa Bersama Fahri Hamzah Bersama Masyarakat Adat Sumut, Rabu (31/5/2017) di Penang Corner Medan.
Tampak hadir dalam acara tersebut, Gema Padang Lawas, IMASOS, DPP Pujakesuma (Putera Jawa Kelahiran Sumatera), FMIPTI Pattani Thailand, FKWJ Deli Serdang, DPW JBMI Sumatera Utara, Lembaga Budaya Melayu Tuah Deli dan Gerakan Bela Negara Sumut.
Dalam pidatonya, Fahri menyampaikan beberapa hal. Pertama, masyarakat yang semakin demokratis akan menciptakan kelas menengah lebih besar.
"Demokrasi harus kita dorong menuju kematangannya," kata Fahri dalam keterangan tertulis, Kamis (1/6/2017).
Kedua, kekuasan yang otoriter jangan sampai diulang di jaman ini. "Sudah cukup kita merasakan penderitaan tak bebas berbicara dan berkumpul karena ketatnya rejim mengatur kehidupan sosial kita di masa lalu," kata Fahri.
Ketiga, new economic policy Indonesia harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat. "Bukan serampangan membangun kebijakan populis tapi tak terukur," ujar Fahrim
Fahri Hamzah menyampaikan masyarakat harus terus menjunjung adat dan kearifan budaya yang terbukti mampu menjaga dari hempasan gelombang liberalisme.
Fahri mengingatkan kepada peserta agar jangan gampang diadu domba ditengah derasnya informasi di media sosial.
Menurutnya, hiruk pikuk yang melanda bangsa ini, dipermainkan sedemikian rupa oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
"Seolah-olah ada masalah dengan Pancasila dan Kebhinnekaan kita. Padahal, masalah kita bukan Kebhinnekaan. Tapi ketidakadilan. Timpangnya hukum," kata Fahri.
Pada sesi terakhir, Fahri Hamzah membacakan pantun yang merupakan tradisi khas di Sumatera:
Jalan-jalan ke kota Medan
Membawa bunga pujaan hati
Ayo terus serukan persatuan
Kita tak mempan diprovokasi
Bunga Cendana putih warnanya
Penghias taman di belakang rumah
Jika hati kita saling mencinta
Maka tak mungkin bisa dipecah
Lembayung senja di taman kota
Berwarna merah bercampur jingga
Indonesia indah negeri kita
Takkan menyerah terus kita jaga
Acara penuh nuansa kekeluargaan tersebut akhirnya ditutup dengan buka puasa bersama dan salat maghrib berjamaah.