Kapolri Klarifikasi Pernyataannya Soal Pensiun Dini di Hadapan Komisi III DPR
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian berbicara mengenai kronologis pernyataan pensiun dini saat rapat dengan Komisi III DPR.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian berbicara mengenai kronologis pernyataan pensiun dini saat rapat dengan Komisi III DPR.
Saat itu, Tito mengatakan sejumlah media ingin mewawancarainya menjelang hari Bhayangkara.
"Saya hanya menerima dua yang menurut saya biasanya objektif. Pertama adalah Kompas dan kedua adalah TV One dan saya ingin di interview oleh Pemrednya," kata Tito di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/7/2017).
Saat itu, Pemred Kompas Budiman Tanuredjo bertanya mengenai terorisme, arus mudik serta internal Polri.
Tito mengatakan saat pertanyaan terakhir Budiman Tanuredja bertanya kepada dirinya sebagai Kapolri waktu diangkat relatif masih muda sekitar 51 tahun dengan pensiun masih 2022.
"Apakah Pak Tito akan terus 2022? Saya ingin menekankan disini, isu tentang itu (pensiun dini) muncul karena di trigger oleh pertanyaan. dan pertanyaan itu bearasal dari Pemred Kompas silahkan di croscek," kata Tito.
Tito mengaku tidak pernah meminta daftar pertanyaan agar dapat menjawab secara spontan. Mantan Kapolda Papua itu lalu mengungkapkan bahwa hati kecilnya tidak ingin sampai 2022 selesai.
Karena terlalu lama tidak sehat untuk organisasi karena organisasi butuh penyegaran.
"Di samping itu saya tentunya ingin memberikan kesempatan yang lain menjadi kapolri. Bagi saya pribadi pekerjaan menjadi Kapolri adalah pekerjaan yang paling stres di dunia," ujar Tito.
Pasalnya, Polri merupakan lembaga kepolisian terbesar nomor kedua di dunia setelah China. Ia menuturkan India dan Amerika bukan polisi nasional tetapi polisi frakmentif desentralisasi.
"Cina dengan sistem sosialis bisa menggunakan tangan besi tapi hal itu tak bisa diterapkan di Indonesia yang menganut demokrasi," kata Tito.
Ia pun menginginkan pensiun dini. Kemudian, kata Tito, Budiman bertanya kepadanya mengenai keinginan masuk dunia politik. Tito menuturkan dirinya memiliki banyak musuh saat bertugas di kepolisian.
"Politik itu lebih banyak musuhnya lagi makin stress kita saya tidak tertarik ke politik saya hanya tertarik ke dunia pendidikan," kata Tito.
Tito lalu mengaku ingin mengajar di Singapura. Ia pun tidak mengerti saat pernyataannya keluar pada keesokan harinya setelah wawancara.
"Padahal kalau diikuti jawabannya cukup runtut itu, saya di triger oleh pertanyaan bukan saya yang membuat isu itu tapi Pak Budiman yang membuat pertanyaan itu dan saya jawab," tuturnya.
"Media ramai munculah berita bahwa Tito ingin pensiun dini, Tito mengajukan pensiun dini. Tito stress dan Tito di bawah tekanan dan seterusnya. saya juga bingung kok jadi begini. Dua hari kemudian saya kumpulkan semua pemred besar, jelaskan lagi kepada mereka. Tapi kira-kira begitu namun masih banyak bergulir," tambah Tito.