Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jejak Politik Hary Tanoe dari Pengkritik Berbalik Dukung Jokowi Jadi Capres 2019

Karir politiknya dimulai sebagai Ketua Dewan Pakar Partai NasDem pada 9 Oktober 2011.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Jejak Politik Hary Tanoe dari Pengkritik Berbalik Dukung Jokowi Jadi Capres 2019
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Mantan Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem, Hary Tanoesoedibyo mengadakan konferensi pers pengunduran dirinya dari Partai Nasdem, di Jakarta, Senin (21/1/2013). Hari ini pengusaha Hary Tanoe mengundurkan diri dari kepengurusan dan keanggotaan Partai Nasdem karena menganggap sudah tidak ada kecocokan visi dengan Ketua Dewan Pembina, Surya Paloh. Pengunduran Hary juga diikuti oleh beberapa pengurus teras Partai Nasdem, termasuk Sekjen Partai, Ahmad Rofiq. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

Saat pasangan capres dan cawapres sudah mengerucut menjadi dua pasang, Hary dan Wiranto mendukung pasangan yang berbeda. Hary mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Sedangkan Wiranto bersama Hanura mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).

Usai Pemilihan Presiden (Pilpres), Hary sempat menghilang beberapa bulan dari dunia politik.

Namun, pemilik Grup MNC ini sempat muncul kembali saat memperkenalkan partai barunya Partai Persatuan Indonesia (Perindo) kepada publik pertengahan tahun ini.

Jelang tutup tahun 2015, Hary atau akrab disapa HT ini kembali muncul. Kali ini dia mengundang banyak wartawan untuk memberikan pandangannya terhadap pemerintahan Jokowi yang telah lebih dari setahun.

Kritikannya pun cukup pedas. Mulai dari revolusi mental hingga perekonomian tak luput dari pantauannya.

Taipan media Tanah Air ini pun sempat melemparkan kritik keras kepada Presiden Jokowi yang dinilainya tidak tegas bersikap dalam mengatasi kasus dugaan penodaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

BERITA TERKAIT

Kritik itu dilemparkan Hary dalam wawacara dengan ABC, setelah ia menyatakan keinginannya untuk bertarung merebut kursi presiden Indonesia. Adapun pemilihan presiden akan kembali digelar pada 2019.

Dalam kritiknya Hary mengatakan bahwa demonstrasi besar-besaran di Jakarta pada awal Desember kemarin tidak akan terjadi jika Jokowi bertindak tegas.

Sayangnya dia tak menjabarkan tindakan tegas seperti apa yang perlu diambil presiden untuk mengatasi aksi tersebut.

"Jika presiden, Jokowi, merespon dengan cepat, kita tidak akan melihat protes pada 2 Desember," kata Hary seperti yang diulas ABC, Senin (2/1/2017).

"Masalahnya terletak pada Presiden Jokowi. Dia harus menunjukkan kepemimpinan yang tegas untuk membuat masyarakat tenang," imbuh Hary saat itu.

Sebelumnya juga, Hary mengatakan akan mencalonkan diri sebagai presiden.

"Jika tak ada yang bisa saya percaya untuk mengatasi masalah-masalah di negara saya, maka saya akan mencalonkan diri sebagai presiden," kata Hary.

"Ini bukan untuk diri saya sendiri, tetapi bagi negara saya," kata Hary yang menambahkan bahwa Indonesia butuh "seorang pemimpin yang punya integritas, yang bisa memberikan solusi bagi negara."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas