Mendikbud Belajar Pendidikan Antikorupsi Kepada KWI
"Korupsi harus dilawan keras karena kalau dari sekolah sudah terbiasa korupsi maka nanti di hilirnya yakni di masyarakat tidak bisa diharapkan,"
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy melakukan dengar pendapat dengan Uskup Agung Jakarta Mgr Ign Suharyo dan 10 pimpinan keuskupan se-Indonesia lainnya di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (25/8/2017).
Dalam kunjungan itu, Mendikbud mengaku mendapat masukan mengenai pendidikan antikorupsi untuk diterapkan dalam pendidikan nasional.
"Belajar mengenai pendidikan antikorupsi merupakan salah satu tujuan kami datang ke KWI ini, karena masih ada kecurangan ujian, jual beli bangku, sistem penerimaan tertutup, dan pelanggaran kode etik oleh guru," kata Muhadjir.
Diakuinya, sekolah di bawah kementerian yang dipimpinnya masih belum bersih dari korupsi.
"Korupsi harus dilawan keras karena kalau dari sekolah sudah terbiasa korupsi maka nanti di hilirnya yakni di masyarakat tidak bisa diharapkan menjadi bersih," jelasnya.
Saat mendapat kesempatan berbicara, Mgr Ign Suharyo mencontohkan pendidikan berkarakter antikorupsi yang diterapkan lembaga pendidikan Katolik.
Dikatakan dia, dalam satu yayasan pendidikan Katolik siswa-siswa diberikan contoh apa saja yang termasuk gratifikasi, diberi contoh kalau guru terima hal yang ada di dalam brosur itu namanya gratifikasi.
"Contoh seperti itu baiknya terus dikembangkan untuk mewujudkan pendidikan karakter salah satunya antikorupsi," katanya.
Selain menemui Uskup Agung Jakarta, Mendikbud juga disambut 10 pimpinan keuskupan lainnya se-Indonesia.
Yakni Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto, Uskup Agung Denpasar Mgr Silvester Tung Kiem San, Uskup Sanggau (Kalimantan Barat) Mgr Julius Giulio Macuccini.
Kemudian Uskup Agung Makassar Mgr Johannes Liku Ada', Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang, Uskup Agung Medan Mgr Martinus Situmorang.
Serta Uskup Agung Samarinda Mgr Yustinus Harjosusanto, Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso, dan Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar.