Partai Garuda Terapkan Strategi Politik 'Gerilya Sunyi'
Untuk itu DPP harus terus memberikan motivasi, pengarahan, dan pengajaran kepada kader-kadernya di daerah.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sekretaris Jenderal Partai Garuda Abdullah Mansyuri mengungkap, bukan hal mudah baginya dan rekan-rekannya di DPP Garuda mengajak mereka yang selama ini tidak berpolitik, kemudian mau berpolitik. DPP Garuda, ungkapnya, terus memberikan motivasi, pengarahan, dan pengajaran kepada kader-kadernya di daerah.
"Memang saya harus akui, berbeda ya politisi sama teman-teman yang baru berpolitik itu berbeda. Kita harus terus memberikan motivasi, kita harus terus memberikan pengarahan, mengajari. Itu memang bukan hal yang mudah bagi DPP," ungkap Mansyuri.
Selain itu, verifikasi administrasi dan verifikasi faktual yang dilakukan (Komisi Pemilihan Umum) KPU dan (Badan Pengawas Pemilihan Umum) Bawaslu hingga tingkat DPC juga merupakan bagian yang cukup berat bagi Partai Garuda. Mansyuri dan rekan-rekannya di Partai Garuda merasa harus mempersiapkan diri dalam melewati kesulitan tersebut.
"Waktu verifikasi faktual itu memang agak berat, tidak hanya tahapan verifikasi administrasi, tapi verifikasi faktual itu juga harus mengumpulkan seluruh anggota yang anggota itu juga masih bekerja, ada yang kuliah pada saat dikumpulkan itu. Sehingga harus benar-benar mempersiapkan diri untuk verifikasi faktual dan itu bisa kita lewati," kata Mansyuri.
Mansyuri mengaku tak mampu untuk menghitung biaya pembentukan Partai Garuda hingga bisa lolos ke Pilpres 2019 seperti sekarang.
Namun ia bisa mengingat bahwa pembentukan kepengurusan di daerah, kadernya di daerah tersebut yang merupakan pedagang pasar sampai patungan sayur dan telur untuk mengadakan kegiatan dan membentuk kepengurusan.
"Bahkan ada lho, di satu daerah pembentukannya itu patungan pedagang pasar. Siapa yang mau nyumbang sayur, siapa yang mau nyumbang telur, masak-masak, rapat. Setiap kali begitu," ungkap Mansyuri.
Untuk itu, ia mengaku tersenyuh dengan perjuangan kader-kader Partai Garuda tersebut."Makanya saya terenyuh juga, perjuangan ini bisa sampai seperti ini,"kata dia.
Untuk mendidik dan mengarahkan kader-kader Partai Garuda yang rata-rata baru berpolitik, Mansyuri menerangkan bahwa peran Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, menurutnya DPP berperan dalam mengarahkan kader-kader tersebut untuk meraih cita-cita politik mereka.
"Kita tegak lurus dengan kebijakan pusat. Karena kalau nggak diarahkan, ini orang-orang baru, orang-orang yang belum tahu politik, tidak pernah berpolitik, rata-rata ya, sebagian sudah, dan punya cita-cita politik, nah ini harus diarahkan untuk mewujudkan cita-cita itu," ungkap Mansyuri.
Ia enggan menjawab dengan lugas ketika ditanya siapa orang-orang yang ada dibalik lahirnya Partai Garuda. Namun ia mengakui bahwa dirinya dan Ketua Umum Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana adalah dua dari beberapa orang lain yang ia tak mau sebut namanya.
Ia sendiri mengatakan bahwa Partai Garuda sudah didiskusikan oleh para inisiatornya beberapa tahun sebelum resmi didirikan pada tahun 2015 lalu. "Dan beberapa orang lainnya yang tidak bisa saya sebut satu per satu," ungkap Mansyuri.
Ia mengatakan para pendiri partai tersebut sudah sepakat bahwa partai tersebut milik bersama dan bukan milik orang per orang. Bahkan untuk membiayai partai tersebut, ia mengatakan bahwa seluruh kaderlah yang menghidupi Partai Garuda secara mandiri dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang ada.
"Tapi ini milik bersama, milik rakyat, milik pedangang pasar, milik kaum marjinal, milik asongan, milik mahasiswa, milik pemuda. Ini milik bersama dengan cara apapun, dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan teman-teman untuk membangun partai ini," ungkap Mansyuri.
Ia sendiri mengakui bahwa ongkos politik di Indonesia memang besar. Namun ia merasa yakin, jika kemandirian yang ia katakan tadi dapat berjalan selama kader-kader Partai Garuda solid.
"Saya akui memang ongkos politik itu besar, tapi dengan kekuatan besar kita bersama-sama, dengan konsep mandiri itu bisa berjalan," kata Mansyuri.
Ia tidak tahu sudah berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membiayai Partai Garuda sejak dibentuk hingga sekarang. Itu karena menurutnya, ia harus menanyai pengurus sampai tingkat PAC satu persatu dan ia mengaku tidak bisa melakukannya mengingat kini anggotanya telah lebih dari 400 ribu orang di seluruh daerah di Indonesia.
"Ini agak susah kalau bicara ongkos, karena kita harus tanya sampai tingkat PAC, kontribusi itu sampai tingkat PAC, kalau itu saya hitung waduh luar biasa. Bagaimana membentuk PAC, pertemuan demi pertemuan, coba banyangin sampai verifikasi mengumpulkan orang itu bukan hal mudah. Saya nggak coba hitung itu," ungkap Mansyuri sambil terkekeh.
Politik Sunyi
Mansyuri mengungkapkan bahwa Partai Garuda menjalankan metode sunyi dalam politiknya. Konsep itu sendiri ia maknai dengan berpolitik tanpa rasa jemawa. Bahkan ia menerangkan bahwa nilai-nilai seperti kerendahan hati dan kerja keraslah yang ditanamkan ke kader Partai Garuda.
"Kami orang biasa. Kami tahu banyak keterbatasan di kami, tetapi itu yang kami tanamkan kepada anggota kami, kader kami dan pengurus, bahwa tidak perlu jemawa. Berpolitik itu apa adanya saja. Tidak perlu wah wah, tidak perlu besar kepala," kata Mansyuri tenang.
Mansyuri mengerti bahwa metode berpolitik "Gerilya Sunyi" yang masih dijalankan Partai Garuda memiliki kekurangan. Salah satu kekurangan dari metode tersebut adalah sosialisainya yang kurang masif.
"Partai ini memang berkonsep silent, sunyi, tidak perlu banyak gembor-gembor tapi bekerja, turun ke bawah. Konsep ini memang ada positif dan negatifnya ya. Artinya sosialisasi kurang begitu masif dilakukan dan seterusnya," ungkap Mansyuri.
Namun ia menyadari, bahwa kini Partai Garuda sudah tidak bisa lagi menutup diri. Setelah mengambil nomor urut peserta Pemilu 2019 publik telah mengenal partainya. "Tapi hari-hari ini kita sudah tidak bisa menutup diri. Kita sudah terbuka di publik, kemarin kita ditetapkan sebagai peserta pemilu, semalam kita mengambil nomor urut pemilu," ungkap Mansyuri.
Meski begitu Mansyuri mengatakan bahwa partainya tetap akan melakukan politik sunyi tersebut sambil terus bergerilya.
Ia sendiri mengatakan bahawa cara-cara yang akan dilakukan kadernya tidak akan banyak berubah.
Partainya tetap akan melakukan sosialisasi dengan cara yang menurutnya anti-mainstream seperti di pasar atau hajatan. Ia sendiri yakin bahwa metode seperti itu dan penanaman nilai rendah hati dan kerja keras akan efektif dalam menyenangkan hati masyarakat.
"Ya mungkin dilakukan di pasar, di hajatan, jadi biasa saja. Kita tidak memaksa target untuk sekian, nggak nggak. Kita mau mereka bekerja, kita mau mereka rendah hati, tidak jemawa, itu saja. Dan itu efektif," ungkap Mansyuri.
Dalam Pilpres 2019 nanti, Mansyuri tidak muluk-muluk. Ia dan rekan-rekannya di Partai Garuda dapat memperoleh suara sebanyak-banyaknya dan menargetkan papan tengah dalam pemilihan yang diikuti oleh 13 partai politik lainnya itu.
Baginya pribadi, Pilpres sendiri hanyalah bunga-bunga dalam proses demokrasi. Menurutnya yang terpenting adalah fokus untuk memasukan kader-kadernya ke tingkat DPRD, DPRD Provinsi, dan DPR RI.
"Kita fokus pada parlemen, kita fokus pada pencapaian-pencapaian masing-masing kabupaten untuk bisa memberikan wakil terbaiknya di DPRD, DPRD Provinsi, DPR RI, kita fokus pada itu. Soal Pilpres itu bunga-bunga lah, yang penting kita fokus dulu untuk pembuktian," ungkap Mansyuri.
Ia juga menerangkan bahwa ada beberapa tawaran dari Partainya yanh membedakan dengan partai lainnya di tingkat DPR RI. Ia menerangkan, bahwa tawaran tersebut merupakan konsep perubahan yang berasal dari bawah.
"Contoh, kalau pedagang pasar, dia nggak mau pasarnya terus terbakar, tidak mau ada penggusuran. Kayak begitu-begitu ini harus ada format-format kebijakan di level DPR yang harus melindungi mereka," urainya.
"Karena kita memang banyak segmen di sana, mungkin mahasiswa dari sisi pendidikannya bagaimana, tapi konsep perubahan ini dimulai dan dibangun dari bawah," terang Mansyuri.(Tribun/gta/wly)