Usai Perpecahan, PPP Jadikan Pemilu 2019 sebagai Sarana Konsolidasi
Selama tiga tahun terakhir, energi para kader terkuras karena ada konflik di internal. PPP merupakan salah satu partai yang sempat mengalami dualisme.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Dewi Agustina
Dhanial Taslim/Dhanial Taslim
Ketua Umum Partai Perdatuan pembangunaan (PPP) versi Muktamar Jakatrta Djan Faridz saat menyampaikan kata sabutan pada Rapat Koordinasi dan silaturrahim Nasional partai persatuan pembangunan di Jalan Talang Menteng, Jakarta, Minggu (25/2/2018) . Acara tersebut dihadiri oleh DPP dan pengurus wilayah PPP dari seluruh wilayah Indonesia ini digelar untuk membahas sejumlah isu terkini Partai berlambang Ka'bah tersebut. (Dhanial Taslim/HO)
Sejak didirikan partai ini terus mengalami penurunan suara.
Setelah sempat mendapatkan perolehan tertinggi sebanyak 18.743.491 suara (29,29 persen) pada Pemilu 1977, perolehan itu terus menurun hingga mencapai titik terendah pada Pemilu 2009.
Di Pemilu 2009, PPP hanya mendapatkan 5.533.214 suara (5,32 persen).
Namun, pada lima tahun yang lalu terjadi peningkatan suara setelah mendapatkan sebanyak 8.157.488 suara (6,53 persen) serta mendapatkan 39 kursi (7,00 persen).
Berita Rekomendasi
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.