Indo Barometer: Kecil, Peluang Gatot Nurmantyo sebagai Capres
Jika merujuk pada PKB, Demokrat dan PAN, Qodari melihat Demokrat cenderung ingin merapat ke barisan pendukung Jokowi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai peluang mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menjadi calon presiden pada Pilpres 2019 terbilang kecil.
Hal itu terjadi apabila melihat konstelasi partai politik jelang Pemilu 2019.
"Karena, kalau bicara partai yang berhak mengusung cuma ada 10 hasil pemilu 2014. Dari 10 itu kan, 5 sudah ke Pak Jokowi ada PDIP, Golkar, PPP, Hanura, dan Nasdem, kemudian dua partai lagi itu sudah hampir bulat ke Prabowo, Gerindra dan PKS," kata Qodari kepada Kompas.com, Senin (2/4/2018).
Jika merujuk pada PKB, Demokrat dan PAN, Qodari melihat Demokrat cenderung ingin merapat ke barisan pendukung Jokowi.
Baca: Gatot Nurmantyo Langsung Terbang ke London Setelah Resmi Pensiun
Apabila hanya berharap pada PKB dan PAN, Gatot tak akan bisa diusung sebagai capres karena terbentur dengan persyaratan presidential threshold sebesar 20 persen.
"Jadi kecuali ada sebuah perkembangan yang tidak liniear ya, di luar dugaan proyeksi, Gatot akan sulit mencalonkan diri sebagai presiden," paparnya.
Skenario di luar dugaan itu apabila Prabowo menyatakan tidak maju pada Pilpres 2019.
Namun demikian, Gatot tetap akan sulit diusung sebagai capres, mengingat Gerindra ingin perolehan suaranya naik pada Pemilu 2019.
"Supaya naik, kan perlu figur yang populer, nah figur populer itu Pak Prabowo. Kalau Pak Gatot elektabilitasnya masih di bawah Gerindra, agak sulit mengharapkan Gerindra untuk bisa didongkrak oleh Gatot yang elektabilitasnya kecil," ujarnya.
Di sisi lain, PKS juga dinilai merasa nyaman dengan sosok Prabowo. Sebab, PKS telah mengenal dan ikut mengusung Prabowo pada Pilpres 2014.
"Kemungkinan ketiga kalau tiba-tiba Demokrat balik badan lalu kemudian mendukung Gatot. Tapi kerumitan berikutnya adalah, siapa yang menjadi cawapresnya? Kalau Gatot capres siapa wakilnya? Apa AHY (Agus Harimurti Yudhoyono)? Mau enggak si SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)?" katanya.
Selain itu, Qodari melihat SBY memiliki kalkulasi politik untuk menang, dan berharap AHY masuk ke dalam jajaran kabinet. Demokrat dinilai juga ingin memiliki rekam jejak sebagai partai pemenang Pemilu 2019, bukan sebagai pihak yang kalah.
"Jadi kalau lihat konstelasinya sebagai capres, itu kecil," katanya.
Memasuki tahun politik, nama Gatot santer disebut dalam berbagai lembaga survei sebagai calon presiden atau wakil presiden.
Hasil survei nasional Poltracking Indonesia menyebutkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dinilai oleh publik sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.
Pada simulasi tujuh kandidat calon wakil presiden untuk Jokowi, Gatot menempati posisi teratas dengan elektabilitas 16,4 persen.
Selain itu, nama Gatot Nurmantyo juga masuk daftar cawapres untuk mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Akan tetapi, Gatot secara tak langsung menyiratkan dirinya akan berkiprah di kancah politik. Melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, ia menyatakan telah memiliki hak untuk dipilih. "Mulai hari ini saya memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai anak bangsa, anggota masyarakat sipil, dan warga negara RI lainnya, termasuk memiliki hak memilih, juga hak dipilih saat pemilu mendatang,” kata Gatot melalui keterangan tertulis, Minggu (1/4/2018).
Ia bahkan mengaku telah diajak Prabowo bergabung bersama Gerindra. Namun, ia belum bisa menjawab tawaran tersebut lantaran masih berstatus prajurit aktif saat itu.
"Beliau menyampaikan, 'Kalau nanti mau bergabung, saya terbuka.' Saya bilang, 'Pak, saya belum bicara masalah itu karena Bapak sama dengan saya'." kata Gatot mengulang pembicaraannya dengan Prabowo.
"Apabila saya jadi Bapak dan Bapak jadi saya, ditanya, sebagai seorang negarawan dan patriot, pasti Bapak jawabannya sama dengan jawaban saya kalau Bapak yang ditanya. Pak Prabowo lantas bilang, 'Iya, ya, enggak boleh berpolitik praktis, ya'," ucap Gatot menirukan respons Prabowo.
Ia pun menyadari saat ini namanya sering masuk dalam beberapa lembaga survei sebagai calon presiden atau wakil presiden. Ia juga menyadari namanya kerap diperbincangkan di publik dan media terkait wacana pencalonan presiden dan wakil presiden.
Saat ditanyai wartawan, Gatot tak pernah membenarkan, tetapi juga tak pernah membantah terkait dirinya yang diisukan akan maju sebagai calon presiden atau wakil presiden.
Saat ditanya apakah dirinya merasa nyaman dan menikmati karena kerap disebut-sebut dalam bursa calon presiden dan wakil presiden, ia mengaku tak mau ambil pusing.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indo Barometer: Peluang Gatot Nurmantyo sebagai Capres Kecil"
Penulis : Dylan Aprialdo Rachman