ASWGI Mengutuk Keras Aksi Terorisme di Surabaya
Emy Susanti mengatakan pelibatan perempuan dan anak-anak dalam aksi teroris ini merupakan bentuk kekerasan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Indonesia (ASWGI) menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya para korban dalam aksi terorisme yang terjadi beruntun mulai dari Mako Brimob Jakarta dan Pemboman 3 Gereja di Surabaya.
Ketua Umum ASWGI Prof Emy Susanti mengatakan pelibatan perempuan dan anak-anak dalam aksi teroris ini merupakan bentuk kekerasan dan manipulasi terhadap perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya.
Oleh sebab itu mengutuk keras aksi biadab terorisme dalam bentuk apapun, dimanapun, kapanpun, terutama yang memanfaatkan perempuan dan anak-anak dalam aksi ini.
"Kami mendukung Kepolisian Republik Indonesia untuk mengusut tuntas pelaku (perorangan/kelompok/organisasi) seluruh aktivitas, dan aktor dibalik terorisme di Indonesia," ujar Emy Susanti dalam keterangannya, Minggu (13/5/2018).
Baca: Korban Tewas Akibat Ledakan Bom di Tiga Gereja Surabaya Kini Berjumlah 13 Orang
Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak terprovokasi, tidak takut tetapi tetap melawan aksi terorisme dan paham radikalisme melalui pendidikan dalam keluarga dan pemberdayaan perempuan dengan cara-cara damai.
"Dan menghimbau semua cendikiawan, para pakar, politisi, para ilmuwan untuk menahan diri dan tidak memberikan pernyataan yang bisa menciptakan keresahan, rasa takut dan pesimistik di masyarakat serta berpotensi membenarkan pelaku aksi teroris ini dengan cara menutup-nutupi mengembangkan teori konspirasi, menyebutnya rekayasa dan menggunakan dalih reaksi atas ketidakadilan," ujar Emy Susanti.
Selain itu, ASWGI mendesak DPR RI untuk mempercepat proses pengesahan Revisi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme serta mendukung Pemerintah atas usaha pemberantasan semua paham radikalisme di Indonesia.
"Mendorong Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memasukan kurikulum pendidikan yang berbasis pada perdamaian,keberagaman dan kebangsaan mulai dari PAUD, SD,SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi," ujarnya.
ASWGI juga mendorong dan mendukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak aktif melakukan advokasi untuk menghentikan segala bentuk pemanfaatan perempuan, anak dan kelompok tidak berdaya lainnya dalam aksi terorisme dan penyebaran paham radikalisme.