Tangis Risma Pecah Ditanya Anak-anak Diajak Orangtuanya Melakukan Aksi Teror di Surabaya
Situasi menjadi hening, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini tampak berulang kali menyeka air matanya yang turun ke pipi.
Editor: Suut Amdani
Risma saat itu dalam acara Rosi di KompasTV yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi KompasTV Rosiana Silalahi, Kamis (17/5/2018).
"Kita semua ada di belakang Ibu. Menjadi pemimpin di indonesia ini memang sangat sulit apalagi kita adalah perempuan sehingga kita memerlukan healing energy."
"Saya juga percaya perempuan adalah sumber dari healing energy di atas muka bumi. Jadi Ibu maju terus, tak perlu gentar," ungkap Nia.
Saat ditanyakan tentang rencana Risma untuk memberikan pemulihan trauma kepada anak-anak para pelaku bom bunuh diri, Risma sudah kembali tenang.
"Kemarin yang untuk teman-teman mereka saja sudah berat. Saya harus membuat trauma center untuk memulihkan anak-anak ini dari trauma. Maka sempat saya liburkan karena saya ingin mereka tenang," tuturnya.
"Dan pada saat masuk diajak bergembira, tak usah ngomong pelajaran dan lagi saya ada PR putra-putri keluarga teroris dan punya PR lagi yang terus terang masih harus konsultasi ke psikolog dan psikiater karena tentunya tidak mudah," tambahnya.
Risma hanya berharap doa untuk warga Surabaya dan segenap pemerintah dan aparat untuk bisa berjuang kembali mengembalikan rasa aman dan nyaman kepada warganya.
"Saya hanya minta doa saja. Mudah-mudahan kami seluruh warga Surabaya bisa membangkitkan semangat, terutama untuk anak-anak kita."
"Mereka tidak trauma lagi, bisa melakukan aktivitas dengan baik seperti sebelumya, mereka tidak perlu ketakutan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada dan bisa maksimal berada dan tinggal di kota Surabaya yang lebih nyaman tentunya," tutup Risma.
Risma Sujud
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membuat gempar setelah tiba-tiba bersujud di depan anggota takmir masjid se-Surabaya saat pertemuan di Gedung Wanita Kalibokor, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/5/2018) siang.
Drama mengharukan itu berawal saat Muhammad Tohir, salah satu anggota takmir Masjid Masyitoh Mulyorejo, bertanya.
"Kenapa undangan ini berbunyi pembinaan takmir. Salah kami sebagai takmir apa," kata Tohir.
Tohir mengusulkan agar undangan itu lebih baik berbunyi silaturahmi, bukan pembinaan yang bermakna para takmir dianggap keliru.