Plus Minus AHY dan Salim Segaf Jika Jadi Cawapres Prabowo Versi Pengamat
Prabowo harus betul-betul memastikan calon pendampingnya nanti bisa memberikan tambahan suara yang signifikan untuk dirinya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, saat ini sudah ada perkembangan signifikan dalam penjajakan komunikasi yang dilakukan sosok cawapres Prabowo Subianto.
Kata Muzani, bakal Cawapres Prabowo Subianto sudah mengerucut kepada dua nama.
Sayangnya, Muzani enggan menyebutkan kedua nama yang kini sedang dibahas tersebut.
Terkait hal itu, Pengamat politik, Said Salahudin memprediksikan dua nama kuat yang akan maju bersama Prabowo Subianto adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.
Baca: Pengamat Politik Sebut PAN Berpotensi Tidak Bergabung ke Koalisi Prabowo
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini menilai Prabowo sendiri pasti juga membutuhkan banyak masukan terkait kelebihan dan kekurangan Habib Salim dan AHY.
Sebab sebelum memilih satu diantaranya, Prabowo harus betul-betul memastikan calon pendampingnya nanti bisa memberikan tambahan suara yang signifikan untuk dirinya.
Secara umum, ia melihat peluang Habib Salim dan AHY relatif berimbang.
Masing-masing punya basis konstituen yang riil dan sama-sama berpeluang menggaet pemilih potensial guna menambah suara bagi Prabowo.
Jika perbandingannya merujuk pada hasil perolehan suara Pemilu legislatif (Pileg) 2014, maka AHY jelas lebih unggul daripada Habib Salim dengan asumsi pemilih Demokrat dan PKS memiliki konsistensi dan loyalitas kepada partainya masing-masing.
"Di Pileg 2014 dulu, Demokrat berhasil meraup 12,7 juta suara pemilih, sedangkan PKS hanya mampu menghimpun kurang dari 8,5 juta suara pemilih," jelasnya kepada Tribunnews.com, Senin (6/8/2018).
Artinya, ia menjelaskan, potensi suara yang berpeluang disumbangkan oleh AHY kepada Prabowo lebih besar daripada Habib Salim.
Tetapi perlu dicatat, demikian ia mengatakan, suara Demokrat dulu itu mereka peroleh saat SBY masih berkuasa.
"Sementara sekarang kan SBY sudah tidak lagi memegang kekuasaan," paparnya.
Jadi menurut dia, mungkin saja dukungan pemilih kepada Partai Demokrat dan PKS pada Pemilu 2019 nanti bisa berubah.