Peserta IYMWF Fatayat NU Dari Berbagai Negara Diajak Berkunjung ke Ponpes Al-Hamid, TMII dan PBNU
Sesi field trip pertama menuju Ponpes Al-Hamid. Dipimpin Ketum PP Fatayat NU Anggia Ermarini, peserta konferensi diterima pengasuh pesantren KH Lukman
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agar lebih mengenal praktik keagamaan, organisasi, dan kebudayaan di Indonesia, peserta International Young Muslim Women Conference (IYMWF) diajak berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Hamid di Jakarta Timur, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Sesi field trip pertama menuju Ponpes Al-Hamid. Dipimpin Ketum PP Fatayat NU Anggia Ermarini, peserta konferensi diterima pengasuh pesantren KH Lukman Hakim dan disambut hadrah dan Tari Saman oleh santri.
"Kunjungan ini menunjukkan bahwa perempuan bukan hanya kasur, sumur, dan dapur. Para perempuan dunia yang hadir semoga juga dapat memotivasi santriwati agar bisa berperan lebih," ujar KH Lukman.
Ponpes Al-Hamid dihuni ribuan santri yang datang dari berbagai daerah. "Kami mengutamakan adab dan akhlakul karimah kepada santri. Kunjungan ini sangat bermanfaat dan menyemangati santri perempuan agar bercita-cita di profesi apapun," ujar Kiai Lukman.
"Kita ke Al-Hamid karena tidak semua peserta tahu tentang pesantren. Pendidikan di pesantren itu 24 jam. Pesantren is an islamic boarding school that is very unique. It has their own authority in giving education, morality, etc. Itu yang ingin kita tunjukkan. Sebab peserta yang hadir adalah orang-orang terpilih," kata Anggia Ermarini.
Dari pesantren, tujuan berikutnya adalah TMII. Peserta konferensi diajak melihat aneka ragam rumah-rumah adat dari 34 provinsi se-Indonesia, baju tradisional, dan ragam budaya lainnya.
Rombongan mampir ke Anjungan Sulawesi Selatan, makan siang sambil menikmati tari-tarian khas daerah Sulawesi Selatan.
Adapun kunjungan ke PBNU, peserta diterima Katib Aam Kiai Yahya Cholil Staquf.
Selain itu, sebagian juga berkesempatan mampir ke Pojok Gus Dur dan LPBI NU (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU).
Di LPBI, mereka melihat langsung bagaimana kerajinan tangan dari kertas koran bisa dijadikan patung, asbak, tas, dan aneka kreasi lainnya.