Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Remigo Yolando Berutu dari Keluarga Terpandang, Bupati di Kabupaten Miskin

REMIGO Yolando Berutu, terbilang politisi berusia relatif muda, 49 tahun. Ia lahir di Medan, 6 September 1969.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Remigo Yolando Berutu dari Keluarga Terpandang, Bupati di Kabupaten Miskin
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Bupati Pakpak Bharat, Sumatera Utara Remigo Yolanda Berutu (tengah) digiring petugas untuk menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Minggu (18/11/2018). KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Bupati Pakpak Bharatnterkait dugaan suap proyek Dinas PUPR di Kabupaten Pakpak Bharat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Selain telah terjun ke dunia politik, sebagai bupati selama dua periode, Remigo juga aktif di partai politik besutan Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Partai Demokrat. Ia menjabat Ketua DPC Partai Demokrat Pakpah Bharat sejak tahun 2010.

Setidaknya tiga saudara kandung Remigo terjun ke panggung politik praktis. Selain Immanuel Berutu, dua kakaknya yakni Jenny RL Berutu dan Eddy Kelleng Ate Berutu, adalah politisi tulen. Jenny duduk sebagai anggota DPRD Sumatera Utara 2014-2019 dari Fraksi Partai Demokrat. Pada Pilpeg 2019, dia lompat pagar ke Partai Nasdem.

Adapun Eddy KA Berutu, abangnya Remigo adalah pengusaha yang terjun ke Partai Hanura. Pada Pilkada Kabupaten Dairi, 27 Juni 2018, pasangan Eddy KA Berutu-Jimmy AL Sihombing menang atas pasangan calon Depriwanto Sitohang-Azhar Bintang. Eddy menumbangkan Depriwanto Sitohang, putra bupati petahana Dairi, Johnny Sitohang Adinegoro.

Kabupaten Dairi yang terkenal sebagai produsen kopi Sidikalang, adalah kabupaten induk, sebelum pemekaran Pakpak Bharat, terbentuk pada tanggal 28 Juli 2003. Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi.

Dalam beberapa kali pertemuan dan berdiskusi dengan Remigo, kurun waktu 2017-2018, mengemuka keinginan kuat memajukan Kabupaten Pakpak Bharat, yakni daerah 'termiskin' di Sumatera Utara, setelah Kabupaten Samosir.

Dua kabupaten tersebut merupakan daerah dengan pendapatan asli daerah dan APBD terkecil di Sumatare Utara, kurang dari Rp 1 triliun.

Dalam kunjungan ke Salak, Pakpak Bharat pada November 2017, hamparan ilalang dan semak belukar tampak kiri kanan jalan dari Sidikalang.

BERITA REKOMENDASI

Tampak tumbuh-tumbuhan hasil pertanian konvensional yakni perladangan darat, seperti ubi kayu, jagung, nenas.

Tampak beberapa perkebunan jeruk, atau kopi, namun sekilas relatif gersang, tidak seperti pertanian di Berastagi (Kabupaten Karo) atau Kabupaten Simalungun.

Tidak tampak sama-sekali pusat kesibukan kawasan industri. Tidak ada pusat keramaian, seperti mal, atau pasar swalayan atau pasar modern lainnya.

Tak terlihat pusat jajanan kuliner dengan enaka menu pilihan. Juga tidak ada pusat hiburan bioskop maupun arena permainan.

Pusat perkantoran Pemkab dan DPRD Pakpak Bharat berdiri di lereng pegununan, dengan bangunan yang terletak terpisah-pisah, berjarak sekitar 2 kilometer dari Salak. Pemandangan di Salak, pun jauh dari kesan kota, melainkan masih lebih mirip ibu kota desa.


Ketika Tribun Medan berdikusi via chatting Whatsapp tentang solusi pertanian di Pakpak Bharat untuk mengadopsi cara-cara yang diterapkan petani modern di Karo dan Simalungun, Remigo memang mempunyai keinginan kuat.

"Saya membangun kabupaten ini dari nol. Kabupaten baru, masih mulai membangun. Andai saya diberi (kesempatan) di Karo, pasti beda ceritanya," demikian kira-kira tulisan Remigo.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas