Mbah Rono Minta Kejujuran Pemerintah soal Pemasangan Alat Pemantau Gunung Anak Krakatau
Ahli Vulkanologi Surono mempertanyakan keberadaan alat pemantau Gunung Anak Krakatau dan alat pendeteksi tsunami Selat Sunda.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Vulkanologi Surono mempertanyakan keberadaan alat pemantau Gunung Anak Krakatau dan alat pendeteksi tsunami Selat Sunda.
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menyebut, pemerintah seharusnya jujur apakah telah memasang dan memiliki alat tersebut atau tidak.
Sebab, ia menilai, keberadaan alat tersebut sangat penting dimana kawasan Selat Sunda merupakan masuk wilayah vital dan strategis yang bisa membahayakan banyak nyawa.
"Ini kita bicara nyawa, alam itu harus jujur mari kita hadapi dengan kejujuran, misal ini daerah vital dan strategis ini (Lampung dan Banten) pemerintah ini masang alat pemantau Gunung Anak Krakatau enggak, kita tanya juga di daerah vital itu pemerintah memasang alat tsunami early warning sistem tidak? Itu harus dijawab dengan jujur," kata Mbah Rono dalam sebuah diskusi bertema 'Mitigasi bencana masih menjadi PR' di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1/2019).
Baca: Kata Mbah Rono, Tsunami Selat Sunda Terjadi Bukan Karena Letusan Anak Gunung Krakatau
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini pun meminta supaya alat pemantau Gunung Anak Krakatau selalu dicek dan dipastikan tidak mati.
Jadi, jika alat tersebut rusak karena letusan Anak Krakatau, pemerintah segera mengganti alat tersebut dengan yang baru.
Meski begitu, ia tak sependapat dengan pendapat sejumlah orang yang menyebut letusan Gunung Anak Krakatau akan menimbulkan tsunami.
Mbah Rono meyakini, tsunami Selat Sunda terjadi bukan akibat dari letusan Gunung Anak Krakatau. Melainkan, longsoran material vulkanik Anak Krakatau ke dalam laut.
"Saya kaget, saya dulu pernah urus Anak Krakatau loh sekarang seperti di kriminalisasi karena dari hasil penelitian apapun Gunung Anak Krakatau itu seperti anak muda sedang membangun tubuhnya, dan letusan sehebat apapun juga Anak Krakatau itu kecil kemungkinan bisa menimbulkan tsunami," terangnya.
Mbah Rono juga menyebut, selain perhatian alat-alat pemantauan dan pendeteksi, mitigasi bencana yaitu identifikasi ancaman bencana dan persiapan masyarakat untuk menghadapi bencana.
Ia menilai mitigasi bencana tanpa penelitian pun hasilnya akan gagal total.
"Identifikasi ancamannya termasuk penelitian, mitigasi tanpa penelitian itu gagal sudah pasti, berhasil kebetulan," tegasnya.