Rakit Bom Berdaya Ledak Tinggi, Terduga Teroris 'Pak Jenggot' Dikenal Tertutup di Lingkungannya
Namun sejak 6 tahun ke belakang, pria yang bekerja sebagai tukang parkir ini telah hijrah dan perilakunya pun ikut berubah.
Editor: Sanusi
"Sebut mereka thogut, yang dimaksud adalah kepolisian yang sedang saya jalankan tugas. Kemudian yang kedua adalah mereka akan menyasar kerumitan masa depan jika ada di tanggal 22 Mei di depan KPU. Mereka mengikuti dinamika perkembangan saat ini," ucapnya.
Selain Pak Jenggot, Anggota Densus 88 juga menangkap terduga teroris lainnya bernama Jundi alias Diam di Jepara, Jawa Tengah, pada Selasa (14/5/2019).
Jundi membuat sebuah video soal rencana aksi terornya untuk beraksi pada 22 Mei 2019.
Dikutip dari Tribunnews.com, Di sela konferensi pers terkait pengungkapan jaringan teroris di Mabes Polri, Jumat (17/5/2019), pihak kepolisian menayangkan sebuah rekaman video yang memperlihatkan seorang terduga teroris mengaku bakal beraksi pada tanggal 22 Mei 2019.
Dari video tersebut, terduga teroris bakal beraksi dengan memanfaatkan momentum pengumuman penetapan pemenang Pemilu 2019.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, kelompok ini diduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Dalam video tersebut, seorang terduga teroris yang mengaku berinisial DY alias Jundi alias Bondan mengungkapkan akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei tersebut.
DY alias Jundi juga mengaku telah merangkai bom untuk melancarkan aksinya tersebut.
"Nama saya DY alias Jundi alias Bondan, saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliyah pada 22 Mei dengan menggunakan bom yang sudah saya rangkai dan menggunakan remote control," ungkap DY seperti dikutip dari video yang ditayangkan saat konferensi pers, Jumat (17/5/2019).
DY alias Jundi menilai momentum tersebut tepat untuk melakukan serangan.
Alasannya, proses demokrasi dikatakan tidak sesuai dengan keyakinannya.
"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliyah, karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya adalah sirik akbar yang membatalkan ke-Islaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," tutur dia.
(Tribunnews.com/TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy/Yudistira Wanne)