Kapolri Geram Kerusuhan 22 Mei Disebut Rekayasa, Siap Buktikan di Pengadilan
"Saya ingatkan negara ini demokrasi," ucap Tito, Rabu (29/5/2019) kemarin di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian geram dengan isu yang beredar bahwa kerusuhan 22 Mei hingga ancaman pembunuhan para tokoh nasional merupakan rekayasa.
"Ada isu menyatakan bahwa penangkapan berkaitan senjata, ada rencana pembunuhan itu rekayasa. Saya ingatkan negara ini demokrasi," ucap Tito, Rabu (29/5/2019) kemarin di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta.
Sebagai negara demokrasi, lanjut Tito, ada pembagian tugas antara penyidik, penuntut dan peradilan.
Baca: Ini 7 Orang yang Ikut Rombongan Prabowo ke Dubai, Ada Warga Amerika dan Rusia
Baca: Penjelasan Tetangga soal HK, Pria Asal Bogor yang Rekrut Calon Eksekutor Pembunuhan 4 Tokoh Nasional
Dimana semua tindakan penyidik dan kerja dari penyidik dalam menuntaskan kasus. Nantinya bakal bermuara di pengadilan.
"Semua tindakan yang dilakukan penyidik bakal diuji di peradilan terbuka dan peradilan di Indonesia itu yang paling terbuka. Media bisa duduk di ruang sidang. Jadi kita buktikan di persidangan saja," tegasnya.
Diketahui sebelumnya Polri sudah menegaskan bahwa kerusuhan 21 dan 22 Mei memang disusupi oleh para perusuh dan kelompok radikal.
Baca: Kapolri: 237 Polisi Terluka Saat Amankan Kerusuhan 21-22 Mei 2019
Selain itu, petugas juga berhasil mengungkap adanya kepemilikan senjata ilegal hingga rencana pembunuhan pada empat tokoh nasional dan seorang pimpinan lembaga survei.
Demi memperlancar aksinya, para pelaku sudah melakukan pemetaan tempat kerja hingga rumah calon korbannya sebelum ditembak.
Sebelumnya terkait kepemilikan senjata, Polisi telah menangkap para pelaku yakni HK, AZ, IR dan TJ.
Mereka mendapat senjata dari AD dan AF aliias VV. Barang bukti empat buah senjata, kini sudah diamankan oleh penyidik.
Polisi terluka
Kemarin, Tito Karnavian mengatakan akibat kerusuhan tanggal 21-22 Mei 2019 lalu menyebabkan 237 anggota Polri terluka.
Sembilan di antaranya hingga kini menurut Tito masih dirawat di rumah sakit.
“Anggota kita (Polri) ada 237 orang yang terluka akibat kerusuhan dua kali kemarin, sembilan di antaranya masih dirawat di RS Polri, saya baru saja mengunjungi mereka,” ungkap Tito ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019).
Kapolri pun menjelaskan anggota Polri juga mengalami luka yang termasuk berat akibat kerusuhan tersebut.
“Ada yang rontok giginya, ada yang engsel tangannya terlepas, lainnya masih rawat jalan,” tegasnya.
Tito mengatakan bahwa ancaman perusuh pada tanggal 21-22 Mei 2019 kemarin yang ditujukan kepada aparat keamanan tidak main-main dan berpotensi membunuh.
“Apa yang dilakukan perusuh itu tidak main-main, selain batu ada yang gunakan molotov. Molotov itu kalau pecah di bagian kepala bisa membakar seluruh kepala, merembet ke badan, berbahaya,” pungkasnya.
Dukungan untuk Polri
Dukungan untuk Polri mengusut kasus 22 Mei terus mengalir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas mendukung upaya penyelesaian secara hukum para perusuh yang melakukan tindakan anarkis pada unjukrasa tanggal 21-22 Mei lalu di Jakarta.
GP Ansor juga mendukung langkah Polri untuk mengungkap aktor di balik kerusuhan 22 Mei.
”GP Ansor mendukung upaya Polri menindak tegas para perusuh, mencari dalang kerusuhan dan membawa mereka ke muka hukum. Upaya para perusuh jelas-jelas telah merusak dan mengancam bangunan demokrasi yang kita bangun,’’ tegas Yaqut, Selasa (28/5).
GP Ansor, kata Yaqut, menyesalkan adanya korban yang ditimbulkan akibat peristiwa tersebut.
Selain itu juga memberikan dukungan kepada Polri dan lembaga yang berwenang untuk menuntaskan rusuh massa dan dampak yang ditimbulkan.
”Kita berduka cita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dan kerusakan atau kehilangan harta benda dalam kerusuhan itu. Kepada para perusuh dan aktor intelektual, mari sudahi cara berpikir picik agar tidak timbul korban selanjutnya,” ujar Gus Yaqut, sapaan akrabnya.
Gus Yaqut juga menilai Polri dan TNI telah bertindak profesional dalam penanganan aksi massa pada 21-22 Mei lalu.
”Adanya bukti awal penyelundupan senjata dari daerah ke Jakarta menjadi ancaman yang serius, namun Polri dan TNI bersikap profesional sehingga peristiwa itu tidak semakin membesar. Dengan sikap yang cepat dan tanggap, Polri juga menangkap mereka yang hendak melakukan ancaman pembunuhan terhadap para tokoh bangsa,” ujarnya.
Menurut Gus Yaqut, tindakan ancaman pembunuhan bagi para tokoh bangsa menjadi catatan serius bagi demokrasi Indonesia. Dia mengatakan, 21 tahun setelah reformasi demokrasi Indonesia memperoleh catatan yang positif, yakni pemilu sudah berjalan secara baik.
”Bahwa ada catatan dan evaluasi itu adalah keharusan, sampaikan aspirasi melalui jalur hukum itu kewajiban. Tetapi melawan pemerintah dengan ancaman pembunuhan para tokoh bangsa adalah tindakan makar (bughot). Pada posisi ini Ansor berdiri pada garis yang tegas yakni melawan upaya upaya makar,’’ tandas Gus Yaqut.
GP Ansor juga mengimbau kepada elite politik untuk berhenti menghembuskan isu negatif tentang pelaksanaan pemilu yang baru saja usai. Kembali membangun komunikasi untuk meredakan ketegangan di level elit mutlak diperlukan.
”Di bulan baik, bulan Ramadan ini sepatutnya ajakan komunikasi itu harus disambut dengan baik, sehingga ketegangan di elit bisa mencairkan suasana di akar rumput.” ujarnya.
Terlebih tindakan para perusuh sudah kehilangan momentum dengan respons masyarakat sipil yang memberikan dukungan moril kepada Polri.
”Kita bisa melihat banyak warga sipil termasuk anak-anak yang tidak rela negeri ini carut marut. Dengan berbesar hati mereka memberikan bingkisan dan bunga sebagai tanda simpati kepada aparat. Sepatutnya kita mencontoh tindakan terpuji mereka. Ini memperlihatkan para perusuh dan dalang kerusuhan sudah kehilangan momentum,” kata Gus Yaqut. (*)
Baca: Penjelasan Ketua RT di Bogor soal Sosok TJ, Pria yang Dilaporkan Hendak Membunuh 4 Tokoh Nasional
Baca: Diincar Pembunuh Bayaran, Kini Moeldoko Harus Dikawal 2 Anggota Kopassus
Baca: Mengenal Dahnil Anzar Simanjuntak: Pernah Jadi Tukang Parkir Sebelum Menjadi Jubir Prabowo-Sandi
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.