AF, Tersangka Kasus Rencana Pembunuhan 4 Tokoh Nasional Ternyata Istri Purnawirawan Jenderal
AF alias Fifi (53) menjadi salah satu tersangka kasus rencana pembunuhan terhadap empat tokoh nasional.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AF alias Fifi (53) menjadi salah satu tersangka kasus rencana pembunuhan terhadap empat tokoh nasional.
Diketahui, Fifi yang memiliki nama lengkap Asmaizulfi adalah istri Mayjen (Purn) Moerwanto.
Fifi juga merupakan Ketua Gempur (Gerakan Emak-emak Peduli Rakyat), organisasi sayap pendukung Prabowo-Sandiaga.
Meski Fifi dan suaminya aktif dalam organisasi dukungan ke pasangan capres 02 Prabowo-Sandiaga, dua dari empat anak mereka, ternyata adalah pendukung Jokowi-Maruf.
Hal itu dikatakan Bayu Putra Harfianto (28), anak pertama AF alias Fifi saat ditemui Warta Kota di rumahnya di Komplek Zeni AD, Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2019).
"Saya sama adik nomor tiga dukung Jokowi. Kalau yang bungsu kan belum nyoblos. Saya pribadi kalau bicara ke ibu saya bilang saya Jokowi. Waktu nyoblos 17 April kemaren pun, saya Jokowi," kata Bayu.
Baca: Kunjungi Bosnia, Pesawat Soeharto Diincar Sniper, Pengawal Bongkar Cara Sang Presiden Menghadapinya
Baca: VIDEO PENGAKUAN Bu Anny Pemilik Warung Viral karena Harga Rp 700 Ribu, Curigai Pembeli Sejak Awal
Hal itu, kata Bayu, adalah hal yang lumrah di keluarganya karena sejak dulu keluarganya sangat demokratis.
"Suasana di keluarga kami memang demokratis sejak dulu. Karena beda pilihan ini kita jadi sering bercanda, terutama kalau makan. Ibu bilang dengan bercanda ke adik saya jangan dengerin omongan saya karena saya cebong. Lalu kita bales candaannya dan kita ketawa semua," papar Bayu.
Ia mengakui ibunya sempat mengarahkan dirinya dan adiknya nomor 3 untuk mencoblos Prabowo-Sandi.
"Ibu coba mengarahkan itu pastilah. Tapi ini kan demokrasi dan ibu sadar itu, kalau kita punya pilihan masing-masing, nggak apa-apa," katanya.
Karenanya, kata Bayu, kalau ibunya disalahkan dan dijadikan tersangka hanya karena mendukung Prabowo maka demokrasi saat ini sudah tidak benar.
"Berarti gak demokrasi dong," katanya.