Luhut Beri Penjelasan Terkait Bahasa Inggris Presiden Jokowi yang Disorot Sejumlah Pihak
Sepekan terakhir ini kehadiran Presiden Jokowi di KTT G20 Jepang menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepekan terakhir ini kehadiran Presiden Jokowi di KTT G20 Jepang menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia.
Apalagi dari rekaman video dan foto tampak Jokowi serius berbincang dengan sejumlah pimpinan negara dunia peserta KTT G20.
Bahasa Inggris Jokowi pun dipertanyakan oleh netizen di media sosial.
Namun hal itu dijawab langsung oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Baca: Saat Jokowi Berbincang Serius dengan Ivanka Trump
Luhut hadir langsung mendampingi Jokowi dalam acara yang sangat bergengsi itu.
Di Facebook-nya @luhutbinsar.pandjaitan, dia mengakui bahasa Inggris Jokowi medok (logat) Jawa tapi sangat lancar berbincang-bincang.
Berikut penuturan lengkap Luhut di Facebook-nya :
Ada yang bilang bahasa Inggris Pak Jokowi medok Jawa. Memang betul. Saya juga medok, tapi medok Batak. Lantas apakah kita harus malu dengan lidah Indonesia kita?
Saya tidak setuju, karena saya bangga jadi orang Indonesia, dan saya bangga dengan logat Batak saya.
Masalah aksen ini saya perhatikan ketika mendampingi Pak Jokowi selama menghadiri KTT G20 di Jepang minggu lalu.
Saya mendengar Beliau selalu berbahasa Inggris dengan lancar dalam setiap komunikasinya dengan pimpinan negara lain.
Kalau bahasa Inggrisnya tidak baik, maka tidak mungkin seperti Ivanka Trump atau para pimpinan negara lain sampai ketawa-ketawa saat berbincang dengan Beliau.
Tidak hanya terhadap Pak Jokowi, saya juga memperhatikan aksen dari pemimpin negara lain seperti dari Jerman dan Prancis.
Mereka medok juga, tapi medok ala Jerman dan Prancis. Artinya setiap bangsa punya logat khasnya masing-masing. Jadi, tidak perlu kita menilai rendah seseorang hanya karena aksen bahasa Inggrisnya.
Pak Jokowi sendiri tadinya menerima 17 permintaan pertemuan bilateral dari negara lain. Ini adalah bukti betapa populernya Indonesia sekarang di kalangan anggota G20 yang notabene merupakan negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Tapi karena waktu itu harus menunggu pengumuman Mahkamah Konstitusi sebelum bertolak ke Jeoang, maka pertemuan bilateral jadi banyak dikurangi.
Satu di antara pertemuan yang terlaksana adalah bersama Putra Mahkota Kerajaan Saudi Mohammad bin Salman, di mana Beliau berkomitmen untuk membuat kerja sama dua negara menjadi lebih dekat lagi.
Lainnya adalah pertemuan dengan Presiden Erdogan dari Turki yang berlangsung sangat bersahabat. Bahkan Setiap ada masalah menyangkut Timur Tengah, Presiden Erdogan selama ini sering menelpon langsung Presiden Jokowi.
Dalam pertemuan itu juga dibahas kerja sama industri pertahanan. Kemarin disepakati bahwa LAN, PT PAL dan PT DI akan dilibatkan dalam kerjasama dengan skema transfer teknologi dari Turki yang sudah sesuai dengan standar NATO
Pertemuan dengan World Bank juga berjalan sangat baik, di mana mereka akan melanjutkan bantuannya untuk mendorong proyek SDG’s di Indonesia yang akan diinkubasi dalam skema blended finance.
Pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping juga berjalan sangat baik sama seperti yang lainnya, di mana kedua negara sepakat menyusun struktur special fund dengan bunga yang murah untuk perusahan-perusahaan Tiongkok yang investasi di Indonesia dan partnernya yaitu perusahaan - perusahaan Indonesia.
Dengan demikian perusahaan Indonesia bisa ikut menikmati bunga pinjaman yang lebih murah.
Dalam skema kerja sama B to B (business to business) kedua negara, pemerintah Indonesia tidak akan membuat government guarantee sehingga tidak akan membebani debt to GDP kita.
Selain itu, saya sendiri juga sempat bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup Jepang Yoshiaki Harada yang mengapresiasi Indonesia karena kita dianggap sebagai champion dalam penanganan plastic debris.
Jepang sendiri berkomitmen untuk membantu melatih peneliti Indonesia dalam hal monitoring sampah.
Permasalah lingkungan yang seperti inilah yang harus kita tangani bersama supaya dapat membawa dampak positif pada kesehatan, ekonomi, dan pariwisata.
Sudah cukuplah dengan perbedaan-perbedaan yang muncul di pilpres lalu, jangan lagi kita buka. Mari kita menatap 5 tahun ke depan dengan penuh optimis.
Negara ini harus tetap kompak untuk membangun. Sama seperti Pak Jokowi yang saya lihat komitmennya tidak ada habis-habisnya untuk membangun Indonesia.
Pertemuan dengan Ivanka
Presiden Joko Widodo pada KTT G20 pekan lalu melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara sahabat.
Pertama, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan PM India Narendra Modi, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bertajuk "leaders’ side-event" tentang pemberdayaan perempuan.
Sebelum acara kedua, Presiden Jokowi terlebih dahulu bertemu dengan para pembicara, antara lain Ratu Kerajaan Belanda Máxima dan putri dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Ivanka Trump.
"Bapak Presiden bertemu dengan kedua pembicara membahas tentang pemberdayaan perempuan. Presiden juga sempat berfoto bersama," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebagaimana dikutip siaran pers resmi Istana.
Sesi selanjutnya yang diikuti Presiden Jokowi adalah sesi yang membahas upaya mengatasi kesenjangan, inklusivitas, dan pembangunan yang berkesinambungan.
Usai menghadiri sesi tersebut, secara berturut-turut Jokowi mengadakan pertemuan bilateral dengan Putra Mahkota Kerajaan Saudi Mohammad bin Salman, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, PM Australia Scott Morrison, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.