Cerita Mbak Tutut Soal Pemilihan Kata Berhenti Saat Soeharto Lengser dari Kursi Presiden
Putri sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana mengungkapkan proses lensernya sang ayah dari kursi Presiden RI pada tahun 1998.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Metode pengumpulan sendiri, ujar Soenarto, dilakukan dengan menggandakan atau meng-copy naskah asli dari pihak keluarga, lalu kemudian merunut kronologi naskah satu per satu.
Baca: Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Perberat Hukuman Idrus Marham jadi 5 Tahun
"Ya lama, hampir 30 tahun prosesnya. Kan pidatonya kronologis. Lama mengumpulkan naskah-naskah setiap pak Harto selesai pidato," ujar Soenarto yang ditemui di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019).
Pihak keluarga Cendana yang diwakili oleh Siti Hardiyanti Rukmana dan Bambang Trihatmodjo, menyerahkan, arsip statis kepada negara berupa 19 roll microfilm yang berisi pidato Presiden Soeharto berikut dengan daftarnya.
Kemudian 10 roll microfilm pidato Ibu Tien Soeharto beserta daftar dan naskah pidatonya, 10 roll microfilm kumpulan risalah sidang kabinet periode tahun 1967 – 1998 dan proklamasi integrasi Balibo (yang mendeskripsikan tekad rakyat Timor Timur untuk bersatu dengan Indonesia) tahun 1976 beserta daftarnya, serta satu album foto yang terdiri dari 91 lembar foto yang merekam kegiatan Presiden Soeharto berikut compact disc-nya.
Baca: 19 Rol Pidato dan 91 Lembar Foto Kegiatan Presiden Soeharto Diserahkan ke Negara
Tak hanya itu, pihak keluarga juga meminjamkan satu unit alat baca microfilm yaitu microreader kepada ANRI.
Lebih lanjut, anak pertama Soeharto dan Tien Soeharto, Siti hardiyanti Indra Rukmana, mengatakan, penyerahan arsip Presiden Soeharto kepada negara masih akan berlanjut.
"Ini emang belum semua arsip diberikan, nanti yang tertinggal disusulkan. Masih banyak buku, yang masih tercecer masih dikumpulkan," ujar perempuan yang kerap disapa Mbak Tutut di kesempatan yang sama.
19 rol pidato
Keluarga Cendana menyerahkan sejumlah arsip kegiatan Presiden kedua RI Soeharto ke negara, pada Kamis (18/7/2019).
Penyerahaan arsip statis itu dilakukan oleh pihak keluarga yang diwakili oleh Siti Hardiyanti Rukmana dan Bambang Trihatmodjo, kepada Plt. Kepala ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) Sumrahyadi di Ruang Serbaguna Noerhadi Magetsari, gedung C, lantai 2 ANRI, Cilandak, Jakarta Selatan.
Baca: Akhir Masa Jabatan, MPR RI Akan Gelar Empat Agenda Penting
Arsip-arsip yang diserahkan berupa 19 roll microfilm yang berisi pidato Presiden Soeharto beserta daftarnya, kemudian 10 roll microfilm pidato Ibu Tien Soeharto beserta daftar dan naskah pidatonya.
Lalu 10 roll microfilm kumpulan risalah sidang kabinet periode tahun 1967 – 1998 dan proklamasi integrasi Balibo berupa deskripsi tekad rakyat Timor Timur untuk bersatu dengan Indonesia pada tahun 1976 beserta daftarnya.
Baca: Zulkifli Hasan: Bahasa Amien Rais Itu yang Paling Halus
Serta satu album foto yang terdiri dari 91 lembar foto yang merekam kegiatan Presiden Soeharto berikut compact disc-nya.
“Sejumlah dokumen Bapak (Presiden Soeharto), yang telah kami serahkan ke Negara setidaknya dapat menjadi bagian penting dari sejarah. Mudah-mudahan dokumen itu bisa menjadi salah satu acuan masyarakat dalam menghadapi realitas sosial budaya yang kompleks seperti saat ini,” ujar perempuan yang biasa disapa Mbak Tutut.