Tembus Ekspor Talas Beku (Frozen Taro) ke Jepang, Sulsel Terus Tingkatkan Produksi Talas
Talas Indonesia ternyata disukai oleh warga Jepang. Salah satu varietas talas yang digemari oleh warga Jepang adalah Colocasia esculenta var antiquoru
Editor: Content Writer
Talas Indonesia ternyata disukai oleh warga Jepang. Salah satu varietas talas yang digemari oleh warga Jepang adalah Colocasia esculenta var antiquorum atau lebih dikenal Talas Jepang Satoimo atau Taro Potato. Bahan pangan yang satu ini sekarang sudah menjadi salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk Jepang sebagai pengganti beras dan kentang yang dianggap terlalu banyak mengandung karbohidrat dan gula.
Hal ini diakui oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi saat dihubungi via telepon di Jakarta hari Sabtu (10/8). Menurutnya, komoditi ini menjadi “ngetrend” setelah adanya berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan alternatif yang mengandung protein dan kalori tinggi tapi memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang rendah. "Jadi talas ini aman dikonsumsi oleh penderita atau mereka yang berpotensi diabetes", imbuhnya
PANGSA PASAR TALAS
Menurut Suwandi, pangsa pasar talas di Jepang masih terbuka lebar. "Dengan semakin menyempitnya lahan pertanian, Jepang hanya bisa memenuhi 250.000 ton pertahun (65.7% dari total kebutuhan per tahun sebesar 380.000 ton)", ungkapnya.
Kekurangan sebesar 130.000 ton per tahun sebagian dipasok dari China jadi sampai saat ini, China hanya mampu mensuplai 60.000 ton per tahun, imbuhnya. Makanya Jepang mulai melirik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sisanya 70.000 ton per tahun, jelasnya kemudian.
Melihat peluang ini, Suwandi lebih lanjut menceritakan bahwa di Sulawesi Selatan pemerintahannya jeli melihat peluang ekspor komoditi umbi-umbian “Talas” ini dan menggalakan penanamannya di beberapa daerah. " Sampai dengan tahun 2018, total Talas Beku (frozen taro) dari Kab Bantaeng dan Makasar yang sudah diekspor ke Jepang sebanyak 50 ton dengan nilai sekitar Rp 1,06 Milyar", tambahnya.
"Untuk meningkatkan volume ekspor talas, mereka menambah luasan tanam talas di 10 Kabupaten (Gowa, Sopeng, Maros, Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Bone, Janeponto, Takalar, Wajo) dengan total luasan 178 ha", ujarnya lebih lanjut.
Dalam akhir perbincangan tersebut Suwandi mengatakan bahwa konsep perdagangan ekspor talas dari Sulsel ke Jepang ini saya rasa sudah sangat terintegrasi. "Semua pihak turut mengambil peran masing-masing dan saling bekerjasama, baik itu instansi pemerintah, petani, maupun importir dan eksportirnya. "Saya kira ini bisa menjadi contoh inspirasi bagi yang ingin mengembangkan komoditasnya sebagai produk ekspor", tandas Suwandi
KOMITMEN BERSAMA EKSPOR TALAS
Di tempat terpisah saat dikonfirmasi lebih lanjut Affandi, perwakilan importir Jepang yang berkantor di Indonesia sepakat dengan apa yang dikatakan Suwandi.
"Talas yang akan dieskpor ke Jepang harus memenuhi persyaratan batas maksimum residu pestisida, bebas dari kontaminasi bakteri, memiliki tekstur, rasa, penampilan, warna dan ukuran sesuai permintaan buyer", jelasnya
"Jepang merupakan negara tujuan ekspor yang sangat memperhatikan food safety (keamanan pangan) disamping food quality (mutu pangan) sehingga traceability (ketertelusuran) untuk setiap pangan yang diedarkan menjadi sebuah persyaratan yang harus dipenuhi", tambahnya.
Bahkan, ia menambahkan untuk memastikan penerapan SOP ditingkat petani talas, Pemda Sulsel pun membentuk Tim Pendamping. "Tim ini terdiri atas unsur Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, importir (Jepang) di Indonesia, Unit Pengolahan Tepung Talas di Makasar dan Perguruan Tinggi", imbuhnya
Untuk memastikan pasar, Affandi mengatakan Pemda Sulsel menggandeng PT. Tridanawa Perkasa Indonesia (eksportir Talas Beku dari Makasar) sebagai off taker.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.