Kisah Pemadam Kebakaran Hutan dan Lahan: Ketemu Harimau, Relawan 13 Tahun hingga Salat Beralas Daun
Di tengah kepulan kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), ada satu sosok yang patut diapresiasi dalam kasus ini, yakni sang pemadam.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Sri Juliati
![Kisah Pemadam Kebakaran Hutan dan Lahan: Ketemu Harimau, Relawan 13 Tahun hingga Salat Beralas Daun](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/petugas-terus-berjibaku-padamkan-karhutla-di-sumsel_20190917_155501.jpg)
Sementara itu, Rifaul Aqila, Ibunya Rifqi sangat mendukung aktivitas sosial anaknya sepanjang bisa mengatur waktu dengan baik.
“Guru-gurunya banyak yang senang karena Rifqi rajin dalam aktivitas sosial di sekolah."
"Soal pelajaran, dia masuk peringkat yang lumayan baik, makanya saya mendukung aktivitas sosialnya sekarang,” tambahnya.
Baca: Video: 300 Ribu Hektar Hutan Indonesia Sudah Terbakar Sejak Januari 2019
Salat Beralas Daun
Cerita tak kalah apik datang dari aparat TNI yang bertugas memadamkan api di hutan dan lahan yang terbakar.
Personil kodim tersebut sedang bertugas memadaman lahan gambut di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung dan RT 3 Desa Giripurwa, Minggu (14/6/2019).
Di tengah perjuangan memadamkan api, aparat TNI tetap menjalankan kewajibannya yakni beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Personel Kodim 0913/Paser Penajam Utara tetap melaksanakan kewajiban salat walau beralaskan daun sawit.
Dilansir dari situs remsi TNI, diungkapkan Dandim 0913/PPU, Letkol Inf Mahmud, prajurit TNI di manapun berada dan bertugas, melaksanakan ibadah merupakan suatu kemutlakan.
“Walaupun sedang bertugas di lapangan, ibadah merupakan prioritas, sebagai ungkapan syukur kepada Sang Khalik,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan beribadah memohon perlindungan Allah SWT, tugas seberat apapun dapat dilaksanakan.
Bahkan Dandim juga mengatakan anggota yang beragama Islam melaksanakan salat Zuhur di bawah pohon sawit, sudah merupakan rutinitas tiap hari.
Sementara itu, dalam memadamkan api karhutla, Dandim menuturkan, kendala utama selama ini adalah lambatnya peralatan Karhutla ke TKP karena medan yang sulit dijangkau kendaraan.
(Tribunnews.com/Tio)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.